Adegan yang Bagas lihat terhenti lagi. Bagas sudah melihat bagaimana sepuluh tahun persahabatan antara Feby dan Bibi Haris-bibi dari Perawat Leli. Meski tak semua kenangan milik Bibi Haris bisa dilihat oleh Bagas, tapi apa yang diperlihatkan padanya sudah lebih dari cukup untuk Bagas melihat betapa sayangnya Bibi Haris pada Feby. Dibandingkan dengan ketiga anaknya dan cucu-cucunya, Feby yang hanya anak tetangga depan rumah dianggap Bibi Haris sebagai keluarganya. Tak heran jika Feby yang hanya orang asing mendapatkan warisan rumah milik Bibi Haris.
“Rumah Bibi itu mungkinkah Bibi tidak ingin tiga anak Bibi menjualnya?” Setelah melihat bagaimana tiga anak dari Bibi Haris yang selalu berdebat mengungkit kesalahan satu sama lain dan jauh dari kata akur, Bagas mencoba menebak alasan Bibi Haris memberikan rumah miliknya bukan pada tiga anak dan cucunya, melainkan pada Feby.
“Bagaimana kamu bisa menebaknya, anak muda?” tanya Bibi Haris.
“Uang selalu jadi awal masalah ketiga anak Bibi. Seperti kata Bibi pada Feby, Bibi mungkin bersalah karena membesarkan tiga anak Bibi dengan tidak adil. Tapi ketiga anak Bibi sama sekali tak berhenti bahkan setelah Bibi jatuh sakit. Mereka semakin menggila karena keserakahan masing-masing tentang warisan.” Bagas menjelaskan.
Bibi Haris melihat ke arah rumahnya. Matanya menatap penuh kerinduan pada rumah itu. “Ada banyak kenangan di rumah itu. Kenangan masa kecilku, kenangan masa mudaku dan kenangan masa tuaku. Tapi yang lebih penting adalah kenanganku bersama dengan Feby. Sepuluh tahun terakhir hidupku penuh dengan kebahagiaan berkat dirinya. Dan ketika aku pergi, aku enggak ingin Feby melupakan aku seperti yang anak-anakku lakukan.”
Bagas menatap rumah milik Bibi Haris yang diwariskannya pada Feby. Alasan yang baru saja dikatakan oleh Bibi Haris membuat Bagas paham perasaan Bibi Haris. Setelah melihat kenangan hidup terakhir Bibi Haris, Bagas sangat memahami perasaan Bibi Haris. Seperti ucapannya, nyatanya yang selalu ada di sisi Bibi Haris adalah Feby, bukan tiga anaknya dan bukan cucunya.
“Sekarang … gimana Feby bisa meninggal di sumur rumah Bibi?” Bagas langsung bertanya pada tujuan kedatangannya melihat kenangan hidup milik Bibi Haris.
Tes, tes!
Bagas melihat pantulan sesuatu terjatuh. Ketika Bagas menolehkan kepalanya, Bagas melihat arwah Bibi Haris di sampingnya menangis dengan air mata bercucuran.
“Yang aku inginkan adalah membuat Feby selalu mengingatku, yang aku inginkan adalah membuat Feby tidak merasa kesepian seperti yang aku rasakan, tapi apa yang aku inginkan ternyata membuat Feby kehilangan nyawanya.”
Setelah mendengar jawaban dari Bibi Haris itu, adegan di depan Bagas bergerak lagi. Sekarang jawaban yang dicari Bagas akan muncul. Bagas akan melihat bagaimana Feby kehilangan nyawanya dan siapa orang yang membuat mati dengan cara yang menyakitkan seperti itu.
*
Apa yang harus aku lakukan?
Feby duduk termenung di teras rumahnya. Matanya menatap rumah Nenek Haris yang kini dalam keadaan kosong. Tidak seperti dulu di mana dirinya bisa datang sesuka hatinya, sekarang rumah itu tak lagi terbuka untuknya karena pemiliknya telah pergi. Meski rumah itu diwariskan kepada dirinya, Feby tentu tidak bisa menerima begitu saja warisan itu. Feby sadar diri jika dirinya hanya orang asing, orang luar bagi tiga anak dan cucu Nenek Haris.