Beberapa bulan kemudian.
Bagas berjalan dengan menggandeng Bara-putranya di tangan kanannya dan di tangan kirinya Bagas menggenggam dua lembar undangan yang diberikan oleh Teddy. Undangan itu adalah undangan pameran Teddy.
“Gas! Di sini!”
Setelah menyerahkan undangan pada petugas di depan pintu, Bagas dan Bara langsung disambut oleh Teddy yang kini terlihat dengan pakaian rapi dan rambut tertata.
“Paman!” Bara langsung melepaskan tangan Bagas yang digenggamnya dan berlari menghampiri Teddy.
“Halo, Bara!” Teddy langsung menggendong Bara ketika melihat Bara berlari menghampirinya. “Masih ingat sama Paman kan?”
“Uhm.” Bara menganggukkan kepalanya tersenyum senang bertemu dengan Bagas.
Tiga bulan yang lalu, Teddy akhirnya angkat kaki dari rumah Bagas karena Bagas sudah punya pengasuh untuk Bara yang dipercayainya. Teddy membeli rumah sendiri tidak jauh dari rumah Bagas. Harusnya Teddy dan Bara bisa bertemu setiap hari. Tapi karena Teddy sibuk mempersiapkan pamerannya, Bara tidak bisa bertemu dengan Teddy lebih dari sebulan lamanya.
“Nanti kita makan bareng yah, Bara?” Teddy tersenyum senang melihat Bara.
“Ayam chicken, Paman!” Bara menjawab.
“Ya, ya. Ayam chicken.”
Bagas kemudian mengulurkan tangannya untuk meminta Bara dalam gendongan Teddy. “Kamu enggak sibuk, Ted?”
“Sibuk sih. Tapi sesibuk-sibuknya aku, aku harus menyapa keponakanku yang tampan ini.” Teddy memberikan Bara dalam gendongannya kepada Bagas. “Kamu ke sini pasti mau lihat foto itu kan?”
Bagas menganggukkan kepalanya pelan. “Ya, di mana fotonya?”
“Di tengah hall. Jalan saja lurus, nanti kamu akan menemukan foto itu.”
“Oke.”
Setelah berpisah dengan Teddy yang sibuk menyapa tamu-tamunya yang lain, Bagas berjalan bersama dengan Bara untuk melihat foto yang jadi tujuan kedatangannya ke pameran Teddy. Foto dengan judul rumah kenangan itu sebenarnya adalah foto biasa sebuah rumah yang sedikit terbengkalai. Tapi Teddy menggunakan teknik memotretnya dengan baik dan membuat rumah dalam foto itu terasa penuh dengan rasa nostalgia.
Bagas tersenyum melihat hasil jepretan milik Teddy. Kerja bagus, Ted!
“Ini rumah siapa, Pa?” Bara yang berada dalam gendongan Bagas, menunjuk ke arah foto yang sedang diperhatikan oleh Bagas.
“Rumah kenalan Papa.”
Bagas menatap foto dengan judul rumah kenangan itu. Kenangan beberapa bulan yang lalu muncul dalam benak Bagas, membuatnya teringat sejarah kelam rumah itu lagi.
*