Perawat Leli masih tidak bisa mempercayai cerita dari Bagas tentang siapa pembunuh Feby. Tapi selang dua hari kemudian setelah otopsi yang dilakukan pada mayat Feby dan bukti penting yang ditemukan, Andika ditangkap.
Andika sama sekali tidak memberikan perlawanan saat dirinya ditangkap oleh pihak berwajib. Andika hanya bisa menundukkan kepalanya dan menerima begitu saja penangkapannya seolah dirinya sudah tahu bahwa dirinya akan ditangkap atas dugaan pembunuhan Feby.
“Anakku enggak salah! Andika enggak akan bunuh Feby! Kalian pasti salah tangkap!” Indah-Ibu Andika berusaha dengan keras melindungi Andika di saat penangkapan Andika, bahkan terkesan menghalangi jalannya penangkapan oleh pihak berwajib yang dipimpin oleh Maudy.
“Kami sudah bawa surat penangkapan resmi dan buktinya sudah kami temukan, Bu. Tolong minggir dan jangan halangi tugas kami!” ujar Maudy.
“Enggak! Enggak mungkin! Anakku-Andika adalah anak paling diam, paling penurut dan paling bertanggung jawab! Andika enggak mungkin bunuh Feby hanya dengan alasan warisan semata!” Indah masih menolak penangkapan Andika ketika Maudy masih bersikap sopan.
“Apa Ibu pikir alasan Andika membunuh Feby hanya semata-mata warisan saja dari Neneknya?” Maudy yang geram saat bertemu langsung dengan Indah, teringat dengan peringatan Bagas dan Perawat Leli yang mengatakan bahwa Indah-Ibu Andika adalah wanita yang angkuh dan punya ego yang tinggi.
“Kenapa kamu bunuh Feby, Andika?” Indah yang masih tidak percaya dengan penangkapan Andika di rumahnya, berpindah ke arah Andika dan menuntut jawaban dari Andika sekarang juga. “Kamu anak baik di rumah ini, Andika! Kamu bukan anak yang akan membunuh orang lain demi warisan! Bahkan ketika Ibu berdebat dengan Paman dan Bibimu, kamulah yang selalu bersikap paling tenang dan selalu tidak ingin terlibat! Bilang sama Ibu, bukan kamu pelakunya kan? Ibu pasti bakalan selamatkan kamu apapun yang terjadi, Andika!”
Andika diam sejenak. Sejak awal penangkapannya, Andika terus menundukkan kepalanya. Tapi setelah melihat Indah-Ibunya yang terus berusaha menghalangi proses penangkapan, Andika akhirnya mengangkat kepalanya.
“Memang aku yang bunuh Feby, Bu.”
“Ka-kamu bohong sama ibu kan, Andika?” Begitu mendengar jawaban Andika, semua orang yang hadir dalam proses penangkapan itu, langsung syok jawaban itu. “Ke-kenapa? Kenapa kamu lakuin itu, Andika?”
“Aku berulang kali meminta Feby untuk melepas hak warisnya dan biarkan rumah itu jatuh ke pelelangan.”
“Kamu butuh uang Andika? Kalo kamu butuh uang harusnya kamu bilang ke Ibu. Kamu enggak perlu ngotorin tangan kamu!”
“Aku enggak butuh uang, Bu.” Andika menggelengkan kepalanya lemah. “Aku cuma ingin rumah itu cepat terjual.”
“Kalo bukan uang, terus apa?” Indah tidak percaya dengan jawaban yang diberikan Andika padanya. “Kalo bukan uang, terus kenapa kamu bunuh Feby? Kenapa kamu ingin rumah itu cepat terjual?”
“Bu, aku muak dengan segalanya.”
“A-apa maksudmu, Andika?”
“Aku muak dengan Ibu, muak dengan Ayah, muak dengan Kakak, muak dengan keluarga kita! Aku muak dengan kalian semua yang selalu berdebat, berseteru karena masalah uang dan warisan! Jadi aku pikir dengan warisan itu hilang, kalian semua akan berhenti!”
Jawaban Andika itu sudah seperti pengakuan darinya. Dan ketika diinterogasi, Andika memberikan jawaban yang sama untuk alasannya membunuh Feby. Andika sama sekali tidak mengelak dari kesalahannya dan mengakui semua perbuatannya.
“Aku sudah menunggu hari ini.” Di akhir interogasinya, Andika mendadak mengatakan kalimat yang tak bisa Maudy pahami.
“Apa maksudnya? Apa kamu sudah menunggu hari di mana kamu akan ditangkap?” tanya Maudy.
“Ya.” Andika menganggukkan kepalanya. “Aku kira paling seminggu setelah hari itu, aku akan ditangkap. Tapi ternyata … aku enggak kunjung ditangkap.”
Dari ucapan Andika itu, Maudy melakukan penyelidikan lain dan akhirnya menemukan jika orang yang menyemen penutup sumur itu bukanlah Andika. Melainkan Budi-anak kedua Bibi Haris dan suami Indah-Bimo. Keduanya ditangkap tiga hari setelah penangkapan Andika. Baik Bimo dan Budi, keduanya sama-sama tidak tahu siapa yang telah membunuh Feby. Keduanya sepakat untuk menutup sumur tak terpakai itu demi menyembunyikan mayat Feby di sana.
“Kalo Feby ditemukan dalam keadaan tewas, maka otomatis rumah itu akan jatuh ke pelelangan. Kalo rumah itu jatuh ke pelelangan, maka harga jual akan rendah.”
Baik Bimo dan Budi memberikan pengakuan yang sama dan alasan yang sama mengenai mayat Feby di dalam sumur itu. Keduanya sama-sama berdalih bahwa Feby yang bukan anggota keluarga, tidak seharusnya menerima rumah itu sebagai warisan.
*
“Gas!”
Lamunan Bagas langsung terhenti ketika mendengar teriakan memanggil namanya. Bagas menolehkan kepalanya dan melihat Teddy sedang berjalan ke arahnya.