Diratama menghentikan sejenak ceritanya kepada mahasiswanya untuk melihat sorot mata dari mereka saat ini, sembari membasahi kerongkongannya yang kering karena bercerita. Glup … Glup … Glup! Diratama meminum minuman yang dibawanya dari rumahnya.
“Pak!” Fandy mengangkat tangannya dan memanggil Diratama.
“Ya?”
“Jadi … di akhir cerita yang Bapak ceritakan nanti, Bapak akan mengajukan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang diajukan gadis itu kepada anak laki-laki itu??” Fandy bertanya lagi.
Diratama menggelengkan kepalanya. “Tidak. Bapak tidak akan mengajukan pertanyaan itu kepada kalian, karena menurut Bapak … kalian sudah cukup dewasa untuk menilai dan memberikan pendapat. Di akhir kisah nanti Bapak hanya akan meminta penilaian kalian semua, di antara tiga kisah itu nanti. Kalian sudah cukup dewasa, sudah cukup mampu menilai mana yang salah dan mana yang benar. Jadi Bapak hanya ingin mendengar penilaian kalian semua. Bisa dimengerti? Baik benar atau salah, kalian sendiri yang menentukan.”
“Mengerti, Pak.” Empat puluh tiga mahasiswa di dalam kelas Diratama menjawab dengan serentak dan dimulailah kisah pertama dari tiga kisah ibu dan anak.
*
Kisah pertama adalah kisah tentang Ibu bernama Annah dan putranya yang bernama Junaedi. Annah adalah janda berusia 35 tahun dengan lima anak. Sejak kehilangan dua suaminya di usia yang masih muda, Annah yang sudah lelah menikah akhirnya memutuskan untuk hidup seorang diri membesarkan lima anaknya. Dan untuk pilihannya itu, Annah harusnya bisa disebut sebagai ibu yang hebat.
Harusnya begitu ….
Anak pertama Annah-Dadang berusia 18 tahun. Setelah lulus sekolah menengah kini bekerja sebagai penjaga toko di kota dengan gaji yang sangat minim. Anak kedua Annah-Mimin, berusia 16 tahun dan putus sekolah karena tidak lama lagi akan menikah dengan anak kepala desa. Annah berusaha susah payah mendapatkan perjodohan itu, agar hidup Mimin kelak lebih baik dari dirinya dan Mimin bisa membantu Annah yang masih harus membesarkan tiga anak lainnya.
Anak ketiga Annah-Mila berusia 12 tahun, baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan masuk ke sekolah menengah pertama. Sama seperti Mimin, Annah juga berniat untuk mencarikan jodoh yang tepat dan mapan bagi Mila nantinya. Anak keempat Annah-Pepen, berusia sepuluh tahun dan masih duduk di kelas 4 sekolah dasar. Lalu terakhir, anak kelima Annah-Junaedi baru berusia 6 tahun dan baru saja masuk ke sekolah dasar.
Lima anak Annah adalah lima anak yang didapatkannya dari dua suaminya. Dua anak pertama Annah adalah anak yang didapatkan Annah dari suami pertamanya sementara sisanya adalah anak yang didapatkan Annah dari suami keduanya
Kehidupan Annah begitu berat sebagai seorang wanita. Di usianya yang masih muda, Annah dijodohkan oleh orang tuanya untuk menikah dengan pria dari keluarga berada dengan tujuan hidup Annah akan lebih baik dari keluarganya. Sayangnya pilihan itu rupanya bukan pilihan yang tepat karena suami pertama Annah adalah pria mata keranjang yang suka bermain wanita. Annah yang tidak sanggup melihat perbuatan suaminya, memilih melepas suaminya.
Setelah lima tahun lebih menjanda, Annah bertemu dengan suami keduanya. Suami kedua Annah adalah pria tekun pekerja keras yang sangat menyayangi keluarganya. Selama beberapa tahun, hidup Annah bersama dengan anak-anaknya sedikit membaik. Akan tetapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama karena suami kedua Annah harus meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya.
Untuk kedua kalinya, Annah menjanda dan kali ini, Annah memilih untuk tidak menikah lagi.