TAK SELAMANYA SURGA DI KAKI IBU

mahes.varaa
Chapter #9

KISAH KEDUA PART 3

Hal yang dilakukan oleh Nuraini kepada anak-anaknya kemudian menjadi pelajaran yang mandarah daging pada anak-anaknya. Anak laki-laki Nuraini menyimpan rasa kesal kepada Kakaknya-Diana yang selalu dinomorsatukan oleh Nuraini. Hubungan ketiganya tidak pernah akur bahkan hingga dewasa. Diana yang selalu dinomorsatukan terbiasa dituruti dan setiap kali memiliki keinginan, Diana terus meminta pada Nuraini tanpa peduli keadaan keempat adiknya yang masih membutuhkan banyak hal termasuk uang untuk sekolah dan lain-lain.

“Ibu menjual perhiasanmu, Ayu. Kamu kan punya banyak perhiasan dari Bulik dan Budemu. Ibu tidak punya uang karena kakakmu-Diana minta ingin kuliah di kota B. Jadi … Ibu terpaksa menjual perhiasanmu.”

 Ayu ingin protes tapi setiap kali protes, Ayu akan mendapatkan jawaban yang sama dari Nuraini.

“Kamu kan banyak yang sayang di luar sana. Banyak orang yang mengantre untuk membelikanmu pakaian, makanan dan perhiasan. Sementara Kakak dan adik-adikmu tidak punya orang yang memberi. Jadi Ibu terpaksa mengambil barang milikmu demi Kakak dan adik-adikmu.” 

Ucapan itu hanya alasan Nuraini yang tidak bisa membagi kasih sayangnya dan kepentingan anak-anaknya dengan benar. Ucapan itu mudah sekali diucapkan oleh Nuraini.

Tapi bagi Ayu yang mendengarnya, ucapan itu terdengar menyakitkan. Setiap kali mendengar jawaban itu, Ayu meras sedih dan akhirnya memilih untuk diam saja, menerima keadaan. Sebagai gantinya, Ayu hanya mengatakan protesnya di dalam hatinya sendiri. Tapi kan … aku juga anak Ibu! Anak Ibu bukan hanya Mbak Diana! Kasih sayang yang diberikan oleh orang-orang di luar sana tidak akan pernah sama dengan kasih sayang Ibu! Tidak bisakah sekali saja, Ibu memperlakukan sebagai anak Ibu seperti yang Ibu lakukan pada Mbak Diana?? Aku ini anak Ibu kan??

Ayu selalu ingin mengatakan hal itu kepada ibunya, tapi memilih memendamnya di dalam hati sembari membuat catatan dalam pikirannya. Kelak … anakku tidak akan mengalami apa yang aku alami sekarang. Kelak … meski anak-anakku memiliki keberuntungan dan nasib yang berbeda, aku akan menyayangi mereka dengan adil. Apa yang aku alami sekarang, jangan sampai aku mengulanginya kepada anak-anakku!

*

“Cara yang salah itu kemudian membuat Diana terus bersikap manja dan tidak pernah dewasa bahkan setelah dirinya menikah dan punya anak. Hingga usianya yang tua, Diana secara tidak sadar selalu membebani orang tuanya dan menganggap dirinya selalu benar. Sementara Ayu yang selalu dipaksa untuk mengalah, belajar banyak hal dalam hidupnya. Begitu menikah dan punya anak, Ayu yang terbiasa hidup mandiri, tidak kesulitan untuk membesarkan anaknya meski tanpa bantuan orang tuanya yang terus disusahkan oleh Diana. Bahkan ketika pernikahan Ayu akhirnya berakhir dengan kegagalan, Ayu tetap bertahan seorang diri tanpa meminta bantua dari orang tuanya apalagi menyusahkan orang tuanya. Tapi hingga akhir, setelah kenyataan berulang kali mengatakan bahwa perbuatan Nuraini kepada anak-anaknya adalah salah, Nuraini tidak pernah menyadari kesalahannya dan terus menganggap bahwa Diana adalah anak yang harus diutamakan bahkan ketika Diana selalu meminta bantuan untuk ini dan itu kepadanya. Di mata Nuraini, anaknya-Ayu sama sekali tidak dianggapnya sebagai anak bahkan setelah semua pengorbanan yang Ayu lakukan untuk ibunya. Entah Nuraini sadar atau tidak, Nuraini sebenarnya merasa iri dengan anaknya sendiri-Ayu. Dan perasaan iri itulah yang membuat Nuraini terus mengabaikan Ayu dan membuatnya terus-terus mengalah kepada Diana.” Diratama mengakhiri ceritanya dan membuat semua mahasiswanya terdiam setelah mendengar kisah kedua dari tiga kisah ibu dan anak yang diceritakan oleh Diratama. “Apa kalian tahu alasannya?”

Rina mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan dari Diratama. “Mungkinkah … Nuraini merasa Ayu disayangi banyak orang, Pak? Jadi … Nuraini merasa semua kasih sayang yang dulunya selalu diterima direbut oleh Ayu-anaknya sendiri??”

Lihat selengkapnya