Kisah ketiga adalah kisah seorang wanita yang hidupnya penuh dengan liku-liku, mendapatkan suami yang salah dan di saat yang sama juga mendapatkan mertua yang salah.
Wanita itu punya tiga anak dari pernikahannya itu. Anak pertamanya bernama Fitri, lalu anak keduanya bernama Lia dan anak ketiganya bernama Putra. Kisah ini adalah kisah perjuangan wanita itu membesarkan ketiga anaknya di tengah konflik keluarga dan kisah ini diceritakan dari sudut pandang Fitri sebagai anak.
“Jika aku ingin mendapatkan surga di akhirat, aku harus berbakti pada ibuku, membantu ibuku dan melakukan segalanya demi ibuku.” Fitri menanamkan hal itu di dalam benaknya ketika melihat ibunya memilih untuk bercerai dengan ayahnya setelah semua yang terjadi.
Fitri berusia 18 tahun ketika ibunya memilih untuk bercerai dengan ayahnya. Pilihan itu diambil ibunya setelah ibunya berdiskusi dengan dua anaknya Fitri dan Lia yang masing-masing berusia 18 dan 16 tahun. Karena Putra-adik bungsu Fitri masih berusia 10 tahun dan masih belum mengerti apa-apa, Putra hanya mengikuti keinginan ibunya saja.
“Ibu akan bercerai dengan ayah kalian. Bagaimana pendapat kalian? Fitri? Lia?”
Fitri yang tahu bagaimana kehidupan pernikahan ibunya, menganggukkan kepalanya setuju. “Fitri akan ikuti pilihan ibu.”
Sementara Lia yang memiliki hubungan dekat dengan ayahnya, merasa pilihan ibunya itu adalah pilihan egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Jelas sekali terlihat di wajah Lia, jika Lia tidak ingin keluarganya terpisah. Ucapan ibunya saat itu benar-benar membuat Lia kecewa dengan ibunya.
“Sepertinya kau kecewa dengan Ibu, Lia. Maafkan ibu, Lia. Ibu memberikanmu pilihan seperti ini di usiamu yang masih muda. Tapi Ibu tidak punya pilihan lain. Ayahmu terus berbohong pada Ibu. Ayahmu terus berhutang tanpa sepengatahuan Ibu hanya untuk mengabulkan semua keinginan Nenek bersama dengan paman dan bibimu. Demi mempertahankan pernikahan ini, Ibu sudah mengorbankan kalian bertiga dengan bekerja di luar sana. Ibu mengorbankan waktu yang harusnya ibu berikan kepada kalian dan bekerja di luar untuk memenuhi kebutuhan kita semua. Tapi ayahmu tidak pernah menyadari kesalahannya dan terus mengulangi perbuatannya. Uang yang Ibu hasilkan selama ini setengahnya sudah Ibu gunakan untuk menutupo hutang ayahmu. Ibu tidak bisa bertahan lebih lama lagi dalam keadaan seperti ini. Nenek kalian meminta ayah kalian untuk memilih antara ibu bersama kalian atau ibu dan saudara-saudaranya. Jadi … kali ini demi masa depan kalian, Ibu akan melepaskan Ayah kalian dan menuruti keinginan Nenek kalian.”
Fitri sejak awal tahu ada yang salah dengan keluarganya. Senyuman yang diperlihatkan oleh ibunya selalu menyiratkan tatapan sedih meski bibirnya tersenyum. Sementara ketika Fitri menatap ayahnya, Fitri tidak pernah melihat sorot mata kasih sayang darinya. Selama beberapa tahun hidup … Fitri bertanya-tanya mengenai hal itu. Bahkan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Fitri sering kali membandingkan keluarganya dengan keluarga teman-temannya. Tapi Fitri tidak pernah menemukan alasan keluarganya berbeda hingga suatu hari Fitri mendengar pertengkaran Ayah dan Ibunya ketika Fitri pulang lebih awal dari sekolahnya. Dari situ … Fitri sadar pernikahan kedua orang tuanya tidak bisa dipertahankan lebih lama lagi dan setelah bertahun-tahun Ibu Fitri menceritakan segalanya kepada Fitri sebagai anak tertua di keluarganya.
Pernikahan Ibu Fitri awalnya ditentang oleh Ibu mertuanya-Nenek Fitri dari pihak Ayah. Ibu Fitri tidak tahu menahu mengenai ibu mertuanya yang tidak merestui pernikahannya. Hal itu terjadi ketika Ayah Fitri datang melamar Ibu Fitri dengan membawa saudara laki-lakinya dan Pamannya saja karena ayahnya yang sudah meninggal. Ketika keluarga dari Ibu Fitri menanyakan mengenai Ibu dari pihak Ayah Fitri yang tidak datang dalam proses lamaran, Ayah Fitri berdalih jika ibunya sedang sakit dan tidak bisa melakukan perjalanan jauh untuk ikut melamar Ibu Fitri.