Diratama mengakhiri tiga kisah kecilnya dan mendapati mahasiswi menangis sementara beberapa mata mahasiswanya berkaca-kaca. Diratama melihat ke arah jam dinding dan kini dia hanya punya waktu kurang dari sepuluh menit untuk membahas tiga kisah itu bersama-sama dengan empat puluh tiga mahasiswanya untuk mengemukakan pendapat dan memberikan penilaian mereka.
Prok! Prok! Prok! Diratama menepuk tangannya beberapa kali untuk tanda pergantian suasana. “Maaf membuat kalian semua merasa sedih.”
“Kisah terakhir benar-benar luar biasa, Pak.” Gilang bicara dengan matanya yang masih berkaca-kaca.
“Terima kasih banyak, Gilang.” Diratama terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka forum diskusi yang jadi tujuan dari tiga kisah yang diceritakannya. “Sekarang tiga kisah sudah Bapak berikan, silakan berikan pendapat kalian.”
Beberapa mahasiswa Diratama yang menangis karena tidak kuasa mendengar kisah ketiga Diratama, menghapus air matanya dan mengatur napasnya beberapa kali. Huft! Huft! Huft!
“Pak!” Dara adalah mahasiswa pertama yang mengacungkan tangannya setelah tiga kisah diceritakan oleh Diratama.