Tiga minggu kemudian.
Di beberapa negara di luar negeri, ada yang namanya sidang juri atau dikenal dengan nama Jury Trial. Sidang ini diterapkan pada negara yang menganut sistem common law seperti negara Amerika Serikat. Tujuan dari sidang juri ini adalah melindungi terdakwa dari jaksa yang korup, atau terlalu bersemangat dan hakim yang patuh, bias atau eksentrik. Sayangnya … di negara di mana Diratama lahir dan dibesarkan, sidang juri tidak bisa dilakukan karena negara di mana Diratama dilahirkan adalah negara yang menganut sistem civil law bukan common law.
Jadi untuk menyelamatkan terdakwa dari dakwaan yang berat seperti kasus Jakti, butuh usaha yang keras dari pengacaranya. Dan itulah alasan Ketua Jurusan meminta bantuan istri Diratama melalui Diratama. Istri dari Diratama adalah pengacara yang cukup terkenal dalam menangani kasus-kasus seperti kasus Jakti.
Hari ini … adalah hari sidang Jakti dimulai setelah melakukan penyelidikan dan menunggu giliran sidang. Diratama bersama dengan Galih dan Ketua Jurusan secara khusus datang ke sidang di mana Jakti akan diadili berdasarkan bukti yang ada.
“Apakah istrimu akan baik-baik saja?” Galih sedikit khawatir.
“Kenapa??” Diratama mengernyitkan alisnya melirik Galih. ”Kau meragukan kemampuan istriku, Galih??”
Galih langsung menggelengkan kepalanya. “Ti-tidak. Tentu saja, tidak. Hanya saja … kasus kali ini benar-benar menyita banyak perhatian dan banyak mata. Jika istrimu gagal pada kasus ini, maka nama baik dan popularitasnya sebagai pengacara terkenal mungkin akan menurun.”
Mendengar ucapan dari Galih, Diratama juga setuju. Seminggu yang lalu, Diratama juga pernahj mengajukan pertanyaan yang sejenis kepada istrinya karena melihat kerja keras istrinya selama dua minggu untuk mengumpulkan saksi dan bukti. Kasus ini awalnya terlihat mudah, akan tetapi seminggu setelah Jakti ditahan ibu kandungnya bangun dan ingin langsung menuntut Jakti yang telah membuatnya masuk ke rumah sakit.
“Apa kau akan baik-baik saja, istriku?” Diratama bertanya dengan nada khawatir. “Kau benar-benar bekerja dengan sangat keras sekali untuk kasus ini.”
“Tenang saja, suamiku. Aku pasti akan bisa menyelamatkan Jakti.”
Ucapan istrinya sama sekali tidak mampu menghapus kekhawatiran Diratama yang terpancar jelas di wajahnya. Sang istri kemudian memeluk Diratama untuk menghapus rasa khawatir yang menyerang Diratama.
“Kau tentu ingat, aku sengaja mengambil profesi ini karena bertemu denganmu waktu itu, suamiku?”
Diratama membalas pelukan istrinya sembari menganggukkan kepalanya. “Tentu, aku ingat. Saat itu … aku benar-benar tidak menyangka kakak yang selalu duduk di taman bersamaku akan menjadi penyelamatku. Siapa yang akan menyangka dua belas tahun berlalu sejak kejadian itu dan kita akan bertemu lagi??”
“Ya, siapapun tidak akan ada yang menyangka. Takdir yang diberikan oleh Tuhan terkadang memang tidak bisa ditebak.” Istri Diratama tersenyum kecil merasakan pelukan dari Diratama.
“Aku lebih tidak menyangka lagi … tiga tahun yang lalu kita menikah dan menjadi suami istriku.”
Istri Diratama melepaskan pelukan Diratama, membelai rambut lembut Diramata dan terakhir menyentuh wajah Diratama. “Percayalah padaku, suamiku. Percaya pada Tuhan yang akan selalu melindungi hamba-Nya. Dia akan membantuku dan membantu Jakti.”