TAK SELAMANYA SURGA DI KAKI IBU

mahes.varaa
Chapter #16

BAB 16 SIDANG KASUS JAKTI PART 3

“Ke-kenapa kalian ada di sini??” Diratama benar-benar tidak bisa percaya dengan penglihatannya saat ini yang menangkap beberapa mahasiswanya datang ke sidang Jakti.

“I-itu tentu saja melihat sidang Jakti, Pak.” Gilang menjawab dengan sedikit terkekeh.

“Apa kami mengejutkan Bapak??” Kali ini Olivia yang bertanya kepada Diratama.

“Y-ya, kalian mengejutkan Bapak.” Diratama masih tidka percaya melihat lima mahasiswanya kini duduk di belakangnya dan menyapanya dengan wajah santai. Lima mahasiswa itu adalah Gilang, Olivia, Dara, Argiya dan Fandy.

“Tadinya … “ Olivia bicara lagi kepada Diratama sembari melirik ke empat temannya. “Hanya saya saja yang ingin datang ke sidang ini, Pak. Tapi saya terkejut ketika di depan tadi kami secara tidak sengaja bertemu. Kebetulan dan kebetulan itu berlanjut ketika kami mengenali Bapak ketika hendak masuk ke dalam ruang sidang.”

Galih yang duduk bersama dengan Diratama juga terkejut mengenali mahasiswa dari kelas Diratama yang datang melihat sidang Jakti. Galih terkejut tapi kemudian tersenyum kecil karena melihat sikap setia kawan dari murid kelas Diratama. “Kalian setia kawan juga.” 

“Terima kasih, Pak.” Kelima mahasiswa yang duduk di belakang Diratama dan Galih, membalas ucapan Galih secara serentak. Kelima mahasiswa Diratama juga tidak ketinggalan menyapa Ketua Jurusan yang duduk di samping Galih dan sejak tadi fokus melihat jalannya persidangan Jakti. “Selamat pagi, Pak.”

“Pagi.” Ketua Jurusan yang sedang fokus dengan persidangan membalas dengan jawaban singkatnya.

“Bagaimana jalannya sidang, Pak??”” Argiya bertanya kepada Diratama dan Galih. “Apakah Jakti nantinya akan dipenjara, Pak?”

“Bapak tidak tahu.” Diratama menjawab datar. “Saat ini … jaksa sedang menuntut Jakti dengan dakwaan penganiyaan. Sementara penasehat hukum sedang berusaha untuk memberikan bukti bahwa apa yang dilakukan Jakti adalah pembelaan diri dan bukan penganiyaan.”

“Setelah mendengar tiga kisah ibu dan anak yang Bapak ceritakan ditambah lagi kabar bahwa Jakti menyerang Ibunya karena ingin menjual adiknya untuk membayar hutang, saya merasa bersalah telah berpikir Jakti adalah anak durhaka.” Gilang bicara dengan nada dan raut menyesal.

“Menyadari kesalahan itu adalah hal yang bagus, Gilang. Bapak senang mendengarnya.” Diratama sama sekali tidak menyalahkan Gilang. “Saat itu kau mengatakan hal itu karena tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bapak yakin, Jakti tidak akan menyalahkanmu karena mengatakan hal itu.”

“Terima kasih banyak, Pak.” Gilang tersenyum dan raut menyesal itu sedikit menghilang dari wajah Gilang.

“Tunggu!” Galih menyela dengan tiba-tiba masih dengan berbisik karena tidak mengerti pembicaraan yang sedang dibicarakan oleh Gilang dan Diratama. “Tunggu sebentar! Kisah apa yang kalian maksud??”

“Bapak tidak tahu Pak Dira punya tiga kisah yang menarik tentang ibu dan anak??” Olivia merespon pertanyaan Galih.

Lihat selengkapnya