“Pagi, semua.” Diratama memasuki kelas dan langsung menyapa seluruh mahasiswa yang duduk menunggunya.
“Selamat pagi, Pak.” Serentak, seluruh mahasiswa di kelas Diratama langsung membalas sapaan dari Diratama.
“Karena hari ini adalah hari pertama kelas kita, apakah di sini ada mahasiswa baru yang belum mengenal saya??”
Seperti biasa … Diratama berniat untuk mengenalkan dirinya dan juga mengenal mahasiswa di kelasnya ketika semester baru dimulai. Sayangnya … niat Diratama itu terhenti ketika kedua matanya menatap sekilas semua mahasiswa di kelasnya dan mendapati seluruh mahasiswa di kelasnya saat ini adalah mahasiswa yang sama dengan mahasiswanya yang mengambil kelasnya di semester kemarin.
“Tunggu sebentar!!” Diratama mengangkat tangannya setelah melihat seluruh mahasiswa di kelasnya. “Ini bukan kebetulan bukan?”
Pertanyaan dari Diratama itu membuat seluruh mahasiswanya tersenyum di saat bersamaan. Gilang kemudian berdiri mewakili seluruh mahasiswa di kelasnya untuk bicara kepada Diratama. “Kami semua … sengaja mengambil kelas Bapak lagi karena ingin menagih hutang pada Bapak.”
“Hutang?” Diratama mengulangi kata itu dengan raut wajah bingung dan tidak mengerti. “Bapak punya hutang apa dengan kalian semua?”
Gilang kemudian menjelaskan alasan dari semua mahasiswa di kelas ini sengaja memilih kelas Diratama lagi di semester baru.
“Jadi … “ Diratama tersenyum kecil mendengar penjelasan Gilang. “Kalian semua datang kemari karena ingin mendengar penjelasan Bapak yang terhenti waktu itu??”
“Ya, Pak.” Sekali lagi seluruh mahasiswa di kelas Diratama bicara dengan serentak.
Diratama tersenyum dan terharu di saat yang bersamaan mendengar jawaban dari mahasiswanya yang rela mengambil kelasnya lagi hanya untuk mendengar jawaban yang tidak sempat dikatakan Diratama karena kedatangan Galih waktu itu. “Baiklah … jika Bapak tidak salah mengingat, pertanyaan terakhir itu ditanyakan oleh Dara bukan?”
Diratama melihat ke arah Dara untuk memastikan. Sementara Dara yang menerima isyarat dari Diratama, memberikan anggukan kepalanya sebagai bentuk jawaban untuk isyarat itu.
“Lalu jika Bapak tidak salah ingat, pertanyaan yang Dara ajukan adalah pertanyaan mengenai nasib anak laki-laki yang menangis di dekat gadis itu bukan??”