Dua jam kemudian.
Diratama mengakhiri kelasnya danb berjalan keluar dari kelasnya menuju ke kantornya. Tapi … Jakti tiba-tiba memanggil nama Diratama.
“Pak Dira!”
Diratama menghentikan langkah kakinya dan melihat Jakti yang sedang berusaha untuk mengejar dirinya. “Ya, Jakti. Ada apa??”
“Bisa saya minta waktu Bapak untuk bicara?” Jakti bicara dengan nada sedikit terputus-putus karena berusaha untuk mengejar Diratama.
“Tentu.”
Diratama kemudian membawa Jakti ke kafe di dekat kampus karena kebetulan Diratama ingin membeli kopi di sana.
“Apa yang ingin kamu bicarakan dengan Bapak, Jakti?” Diratama bertanya kepada Jakti setelah kopi pesanannya dan minuman dingin yang dipesan Jakti sudah tiba di atas meja.
“Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Bapak karena berkat Bapak, Ibu Fitri mau menjadi pengacara saya dan membantu saya agar tidak dipenjara.”
“Tanpa Bapak minta pun, istriku itu pasti akan membantumu, Jakti. Sifatnya yang selalu ingin membantu ditambah lagi cerita di balik kasusmu itu, akan selalu menarik perhatian dari istriku.” Diratama menjawab dengan merendah. “Jadi … kau tidak perlu berterima kasih kepadaku dan istriku. Sudah jadi tugas kami sebagai orang dewasa untuk membantu kalian yang masih belum dewasa sepenuhnya. Apalagi kau adalah satu dari mahasiswa yang ada di kelasku.”
“Tapi Bapak membela saya ketika teman-teman di kelas menganggap saya sebagai anak durhaka … “ Jakti berusaha untuk tetap berterima kasih kepada Diratama meski Diratama meminta Jakti untuk tidak merasa berterima kasih kepadanya.
“Bapak melakukan hal itu agar teman-temanmu tidak salah memberikan penilaian di masa depan. Tanpa tahu fakta atau apa yang sebenarnya terjadi, memberikan penilaian secara sepihak itu adalah sesuatu yang tidak baik. Jika hal itu dibiarkan, kelak di masa depan mereka akan terus melakukan hal itu dan tanpa sadar melukai orang lain karena penilaian sepihak mereka. Bapak hanya tidak ingin hal itu terjadi nanti, Jakti.”
“Lalu … mengenai tiga kisah ibu dan anak itu … “
“Ya. Ada apa dengan kisah itu, Jakti?”
Jakti ingin mengajukan pertanyaan untuk ketiga kisah itu karena teringat dengan ucapan istri Diratama saat menjadi pengacaranya. “Perkenalkan nama saya Fitri. Mulai hari ini saya adalah pengacara yang akan membelamu, Jakti.”