Tak Semestinya Cinta

Mega Mahliani
Chapter #1

1. Si Jago Merah

“Aku terlalu mencintaimu, Honey.”

Ucap gadis berusia 20 tahun yang tak sehelai pun kain di tubuhnya. Menghadap laki-laki jangkung berkulit sawo matang, khas warna kulit Suku Jawa – Indonesia.

Di sebuah Apartemen sewaan tempat mereka menghabiskan waktu untuk bercinta. Di tengah-tengah kota metropolitan yang bising akan kehidupan liarnya.

Pemilik iris mata berwarna hitam gelap itu, menatap tajam dengan seringai di bibir pucatnya, menyambut kedatangan sang pemuas hasrat yang berjalan dengan elegan mendekat perlahan menuju ranjang yang tengah terisi dengan tubuh kekar berisinya.

Tatapan bidadari yang penuh akan nafsu tertuju jelas pada lekukan otot di area dadanya yang di perlihatkan dalam balutan kemeja putih berpadu jas hitam yang tidak di kancing dengan benar.

Gadis yang telah sampai pada pinggiran ranjang, mulai mengangkat kaki jenjangnya untuk menaiki laki-laki itu. Dan tepat menduduki singgasana tertangguhnya.

Bruk! Akh!

“Sayang, kamu cukup berat. Pelankan gerakkanmu,” kata pria itu, saat sang gadis menindihnya dengan kuat.

“Apa!? Aku berat?”

Plak.

Tamparan ringan mendarat di pipi laki-laki itu. Dua lengannya menempel pada pinggang rampingnya. Menegakkan bahunya, serta mendorong dadanya yang semakin membusung.

“Cih!” Laki-laki itu mendesis dengan senyuman panas. Mendorong tangannya untuk meraih gundukan besar di depannya. Membelai lembut di sekelilingnya. Dan mulai bermain pada bola kecil yang tepat berada di tengahnya.

“Emmh, baiklah, Honey,” bisik mesra si gadis sambil memejamkan kedua matanya. Pinggangnya yang mulai terdorong maju dan mundur, membuat pergerakan yang halus.

“Hahaha ....” Tertiba laki-laki itu tertawa dengan geli, “aku masih berpakaian lengkap, Honey.”

Wajahnya merah padam, bak si jago merah yang tengah melahap nafsunya. Begitu pun dengan si gadis, bibirnya terangkat lebar saat melihat wajah konyol itu.

“Kenapa?” tanyanya dengan nada sindiran.

“Honey, setidaknya biar aku lepaskan semua,” rayu si pejantan.

Gadis itu melipat kedua tangannya di atas perut kecilnya. Dan sedikit membuat mimik wajah yang lucu. Dia menjulurkan lidahnya dengan bola mata yang membelalak nyaris meninggalkan tempatnya.

“Apaan, sih!?” Kata laki-laki itu dengan perasaan geram yang sudah tidak tertahan lagi.

Dia pun lantas membalikkan posisinya. Menindih sang pemuas hasrat yang tadinya berada di atasnya.

“Au!” Rintih gadis itu dengan gemasnya.

Lihat selengkapnya