Saat ini bangsa Indonesia sedang berada dalam masa-masa sulit. Dimana nilai rupiah berada di kisaran Rp2.600 pada periode kala itu mencapai Rp14.900. Krisis tersebut menyebabkan kesulitan ekonomi yang sangat parah, dan stagflas yang membuat aktivitas ekonomi merosot tajam. Harga kebutuhan pokok menjadi tinggi dan barang yang sulit di dapat, pengangguran bertambah banyak serta angka putus sekolah mulai meningkat.
Beberapa warga setempat mulai mengantri minyak tanah. Terlihat beberapa ibu-ibu mulai marah-marah karena banyak sekali antriannya.
"Woi ... Lama bangat. Gue mau masak nih," ucap seorang ibu daster kuning sambil memegang minyaknya.
"Sabar bu. Banyak yang antri nih bu," Sambung ibu yang berada di depannya.
"Sabar ... Sabar ... Suami gue pergi kerja. Kapan dia makannya kalau lelet seperti ini."
"Astaga. Kita antri dari tadi. Ko hasilnya cuman gini si bu?" Marah seorang Ibu berbadan besar.
"Iya bu. Stok dari sana memang sedikit. Maklumi aja bu. Nih cara pemerintah buat naik harga BBM," jawab pemilik pangkalan minyak tanah.
"Iya. Kita rakyat biasa ya cuman bisa terima," sambung seorang ibu.
"Mau terima gimana bu. Kalau gini kan kita rakyat yang sengsara," protes ibu berbadan besar.
"Betul tuh bu. Mereka bahagia kita rakyat yang sengsara," sambung ibu daster merah membela ibu berbadan besar.
"Ya udah ibu-ibu demo saja di sana, di pemerintah sana ngapain demo di tempat aku. Nggak di dengar juga sama mereka," ucap pemilik pangkalan minyak tanah.
Kos-kosan
Bayu seorang pemuda berdarah jawa Tionghoa. Bayu kini sedang berkuliah di Universitas Trisakti jurusan Arsitektur semester lima bersama dengan Doni teman kost nya dan juga teman kuliahnya. Keduanya sedang menikmati udara pagi dengan di temani kopi hitam. Tak lama kemudian keluarlah seorang cowok bertubuh tinggi berkulit putih mengenakan kemeja biru dilapisi jaket kulit berwarna hitam bersama dengan seorang gadis berambut hitam panjang, kulit putih keluar dari kamar kost. Gadis itu hanya mengenakan baju kos polos berpadu dengan celana jeans biru panjang. Daniel yang juga adalah kakak kandung dari Bayu. Daniel bekerja di salah satu perusahaan swasta. Karena pekerjaan dan sedang menempu ilmu maka Daniel dan Bayu harus hidup merantau jauh dari orang tua yang berada di Bandung.
Bayu dan Doni hanya bisa menatap heran akan kehadiran Mika namun nampaknya Daniel tak peduli dengan apa yang akan di katakan orang mengenai Mika yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Nggak kuliah?" tanya Daniel sambil melirik Bayu. "Sebentar," jawab Bayu sambil menikmati kapi nya.
"Kalau gitu aku berangkat dulu." Daniel langsung memegang erat tangan sang kekasih dengan nyaman Mika menikmati genggaman sang kekasih menuntunnya berjalan hingga depan motor.
"Hmm." Bayu hanya terlihat menganggukkan kepala dan terus menikmati kopi nya.
Daniel menaiki sepeda motornya dan menyalahkan mesin kendaraan tersebut. Mika ikut menaiki motor.
"Kami berangkat," Sapa Daniel melirik ke arah Bayu dan Doni.
"Iya," Jawab Bayu yang nampaknya agak malas untuk menjawab sapaan Daniel. Daniel pun langsung menjalankan kendaraan dan pergi.
Melihat kendaraan Daniel telah menghilang dari pandangan. "Yuk! Sarapan di tempatnya Mpok Mira."
"Yuk!" Bayu mengangguk dan langsung beranjak ke kamarnya menaruh gelas kopi nya ke atas meja dan keluar mengunci pintunya.
Bayu dan Doni berjalan setiap rumah warga.
"Aku perhatikan Mika sudah beberapa hari ini nginap di kosan," ucap Doni. Bayu terdiam sejenak memandangi Doni lalu kembali berjalan.
"Ibu. " Bayu nampak tersenyum menyapa seorang ibu yang sedang membersikan beras. "Iya nak. Mau kemana?" tanya sang ibu sambil menapis beras pada nyiru. "Mau ke warung Mpok Wati bu," Jawab Bayu
"Iya nak." Ibu itu tersenyum