Pemahaman terhadap takdir merupakan salah satu fondasi keimanan.kitatidakakanpernah mencapai kenikmatan iman tanpa meyakini adanya takdir, baik takdir baik maupun takdir buruk. Meskipun demikian, banyak orang tidak memahami makna takdir sehingga menggunakannya sebagai pembenaran atas pilihan-pilihan hidupnya. Sebagian lagi menggunakan takdir sebagai alibi untuk menyalahkan kehidupan dan menutupi keputusasaannya. Oleh karena itu, penting memahami makna takdir dengan benar sehingga kita dapat mengambil sikap yang tepat dalam menyikapi setiap peristiwa.
Banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang takdir, antara lain, Dan kuncikunci semua yang gaib ada padaNya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahuiNya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (lauh Mahfûzh) (QS Al-an‘âm [6]: 59).
Dalam ayat lain dijelaskan, Tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (lauh Mahfûzh) (QS Yûnus [10]: 61).
kedua ayat tadi memberikan gambaran bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta telah tertulis dalam sebuah kitab yang disebut Lauh Mahfûzh. Telah tercatat semua hal yang sudah, sedang, dan akan terjadi sejak awal penciptaan hingga hari kiamat. Tidak ada sesuatu yang terlewatkan dalam catatan tersebut, sampai hal terkecil sekalipun. Segala sesuatu yang akan terjadi telah ditetapkan Allah sebelum alam semesta beserta isinya diciptakan.
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (lauh Mahfûzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. (QS Al-hAdîd [57]: 22)
Sebuah hadis menjelaskan, “Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena),lalu dikatakan kepadanya, ‘Tulislah.’ Ia menjawab, ‘Ya Tuhanku, apa yang harus aku tulis?’ Dia menjawab, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai Hari Kiamat tiba’” (HR abu dawud dan Al-Tirmidzi).
Dalam hadis lain disebutkan, “Allah telah menulis segala takdir makhluk-makhlukNya 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Dan ‘ArsyNya berada di atas air” (HR Muslim).
Dalam terminologi Islam,dikenal dua istilah untuk menjelaskan tentang takdir, yaitu qadha dan qadar. Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai definisi keduanya. Qadha menurut bahasa berarti hukum, ciptaan, kepastian, dan penjelasan. Sedangkan maknanya adalah memutuskan, memisahkan, menentukan sesuatu, mengukuhkan, menjalankan, dan menyelesaikannya. dengan kata lain, makna qadha adalah mencipta.
Menurut ibn Faris, makna kata qadar adalah akhir atau puncak segala sesuatu. Secara istilah, qadar berarti ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk sesuai dengan ilmu Allah. ibn hajar Al-asqalani mengartikan qadha sebagai ketentuan yang bersifat menyeluruh dan umum sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian ketentuan-ketentuan tersebut. hal ini berkebalikan dengan pendapatSyaikhahmadizzudin Al-Bayanuni yang menyatakan bahwa qadha adalah pelaksanaan terhadap qadar yang telah ditentukan oleh Allah.
Muhammad ibn ibrahim alhamd menjelaskan, “Qadha dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya karena salah satunya berkedudukan sebagai fondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya berkedudukan sebagai bangunan, yaitu qadha. Barang siapa bermaksud memisahkan keduanya, dia merobohkan bangunan tersebut.”
Berbagai perbedaan pendapat tersebut tidak mengurangi esensi dan makna qadha dan qadar. kedua istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan ketetapan-ketetapan Allah terhadap semua makhluk. Untuk menyederhanakan pengertian dan memudahkan pembahasan, selanjutnya digunakan istilah takdir yang mencakup pengertian qadha dan qadar serta terbatas pada takdir manusia beserta hAl-hal yang berkaitan dengannya.
Berdasarkan berbagai dalil dan definisi tadi, pemaknaan terhadap takdir mencakup tiga pengertian. Pertama, adanya takdir menunjukkan kesempurnaan ilmu dan kekuasaan Allah. imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Jika dikatakan Allah menakdirkan sesuatu, maksudnya bahwa dia telah mengetahui takdir, keadaan, dan masanya sebelum dia menciptakannya. Oleh karena itu, tidak ada yang terjadi di alam ini, kecuali berdasarkan kekuasaan-Nya.”