Januari 1998
Di Jakarta.
Seorang gadis bergaun rumah berwarna biru sampai selutut, sedang berdiri menatap lurus sebuah foto terpajang di ruang tamu. Terlihat difoto itu seorang gadis wajahnya serupa dengannya. Mata sipitnya memancarkan kesedihan mendalam menatap foto gadis kembarannya itu. Wulan Jun Li itulah nama gadis yang tengah berdiri menatap foto adiknya bernama Jia Jun Hui yang telah tiada satu Minggu lalu karena penyakit jantung dideritanya sejak kecil. Tak terasa setetes air mata terjatuh di pipi Wulan mengingat Jia, adiknya. Enam hari Wulan berdiam diri di kamar meratapi kepergian adiknya, baru kali ini ia keluar kamar.
"Wulan!" Seorang pria dengan kemeja hitam memanggil dari arah belakang membuatnya tersentak.
Wulan kenal suara itu, ia secepatnya menghapus air matanya, dan berbalik menatap pria itu dengan senyumannya.
"Iya Mas Fajar kenapa?" Pria bernama Fajar pun terkesima melihat senyum Wulan persis seperti wanita yang sangat ia cintai.
Fajar Purnama adalah pria Indonesia yang merupakan suami dari Jia Jun Hui, adik Wulan. Setiap Fajar melihat Wulan, pasti teringat akan Jia, istrinya karena rupa mereka sama.
"Kalau kamu butuh sesuatu bisa telepon saya atau tanya saja sama Bik Surti apa yang kamu butuhkan!" tutur Fajar.
"Iya Mas, nanti aku tanya Bik Surti saja kalau butuh sesuatu."
"Saya mau pergi ke toko, kamu hati-hati di rumah, kalau ada apa-apa telepon saya." Wulan mengangguk mengerti.
"Saya pergi dulu," pamit Fajar.
"Hati-hati di jalan Mas Fajar!" ucap Wulan sambil tersenyum kembali.