Wulan telah selesai membersihkan dirinya, ia mengenakan gaun rumah berwarna merah sampai selutut dengan rambut cokelat yang terurai sangat indah. Tiba di meja makan tangan Wulan langsung menata piring di meja dengan telaten.
Terdengar langkah kaki menuju kearahnya. Terlihat Fajar telah siap dengan setelan yang ia kenakan yaitu, kaos putih dan celana hitam dengan rambut basah menambah ketampanannya. Padangan keduanya saling terkunci, Fajar terkesima akan Wulan yang sangat cantik mengenakan gaun yang sederhana, dan kembali lagi teringat akan Jia, sedangkan Wulan hatinya berdetak tidak karuan melihat penampilan Fajar yang tampan.
Fajar mengalihkan pandangannya dari Wulan karena ia sadar dia bukan Jia. Fajar menarik kursi, lalu duduk dengan pikir yang terus beradu di kepalanya. Wulan juga mengalihkan pandangannya lantas menata piring kembali, kemudian ia duduk. Wulan sangat takut kalau perasaan yang ia pendam untuk Fajar kembali lagi.
Kecanggungan di antara mereka mulai tercipta karena insiden tatap menatap tadi. Untung Surti datang membawa air minum di meja, sehingga memecahkan keheningan di antara mereka berdua.
"Kenapa Pak Fajar dan Neng Wulan belum makan juga?" tanya Surti.
"Bik Surti makan disini juga ya!" ucap Wulan, menatap Fajar meminta persetujuan.
"Bik Surti juga duduk kita makan bersama!" ucap Fajar, Surti tampak tak setuju karena ia sadar kalau dirinya pembantu, bagaimana bisa makan bersama majikannya.
"Tapi pak Fajar ..." Wulan memotong perkataan Surti, lalu berdiri untuk memaksanya duduk bersama mereka, dan Surti hanya bisa pasrah.
"Sudah apapun alasannya Bik Surti duduk saja bersama kami makan!" ucap Wulan tak terbantahkan, ia mengambil makanan untuk Surti, tak lupa bertanya makanan apa yang diinginkan untuk ia hias dipiringnya.
Setelah itu Wulan menghias satu piring lagi dengan beraneka lauk pauk, seperti sangat mengenal kesukaan Fajar, ia langsung saja menghiasi piringnya tanpa bertanya.
"Ini untuk Mas Fajar!" Wulan menyerahkan piring itu ke Fajar, dan dengan senang hati dia menerimanya.
Wulan juga mengambil makan untuk dirinya, lalu ikut makan bersama, ketiganya makan dengan tenang.
Fajar sempat terkejut dengan makan yang dimasak hari ini karena semua adalah favoritnya. Saat makanan itu menyentuh lidahnya betapa lebih terkejutnya ia, ini masakan sama yang dulu dimasak Jia untuknya. Tak bisa dipungkiri Fajar sangat rindu masakan Jia, makanan ini mengobati rindunya. Fajar makan dengan lahap, Wulan tersenyum menatapnya makan dengan lahap.
"Kamu sama seperti dulu, selalu lahap saat itu makan favorit mu," batin Wulan.
Selesai makan semua orang mengerjakan pekerjaan mereka kembali.