Krisis finansial Asia sejak tahun 1997 sampai sekarang belum terselesaikan. Akibatnya jutaan orang dipecat, banyak perusahaan bangkrut, enam belas bank dilikuidasi, dan berbagai proyek besar juga dihentikan. Jadinya, masyarakat mengalami krisis Ekonomi, tidak luput usaha yang dibangun ikut terimbas dampaknya. Fajar memiliki dua usaha, toko sembako dan toko elektronik. Sekarang dia berada di mobilnya sedang membahas masalah yang menimpa toko elektroniknya.
"Masalah apa ingin kamu bahas Ifan?" Fajar menatap pria di sampingnya, lalu kembali melihat ke depan yang memaparkan jalanan aspal.
Pria yang memanggil Fajar tadi di rumahnya adalah Ifan Prianto, ia anak yatim piatu yang dulunya tinggal di panti asuhan tepatnya di Jakarta. Dirinya telah lama bekerja bersama Fajar. Awalnya Ifan tak sengaja bertemu dengannya, lalu Fajar melihat Ifan adalah sosok pekerja keras dan jujur, makanya ia mempekerjakan Ifan bersamanya. Di saat yang sama Ifan memang sedang membutuhkan pekerjaan merasa terbantu akan tawaran Fajar. Usia keduanya pun hanya terpaut satu tahun dengan Ifan dua 24 tahun, sedangkan Fajar 25 tahun.
"Terpaksa kita harus menutup toko elektronik, sebab dana tidak mencukupi untuk membayar sewa tempat mall itu karena barang yang terjual tidak mencapai target pasaran kita Pak Fajar," ucap Ifan menginformasikan.
Ifan memang telah dipercaya mengurus bisnis Fajar selama ini, tetapi karena ada masalah besar di bisnis elektronik, sehingga Ifan tak bisa mengurus hal itu sendiri. Jadi, ia datang ke rumah Fajar memintanya untuk membahasnya nanti saat di jalan. Dan disini lah mereka sedang membahasnya dimobil kijang hijau Fajar yang dikemudikan oleh Ifan.
Fajar menghela napas."Baik lah kalau kita tidak punya pilihan lain, kamu pindahkan semua barang ke rumahku kalau begitu!" Ifan mengangguk menjawabnya sambil fokus menyetir mobil ke mall tempat toko elektronik berada.
"Oh, iya pak Fajar, pemilik mall yang bapak sewa juga meminta surat-suratnya kembali."
"Suratnya ada di rumah, saya akan kasih ke kamu saat kita kembali nanti." Ifan hanya mengangguk kembali.
Fajar menatap keluar dari kaca mobil sambil berpikir akan usahanya yang akan gulung tikar. Belum cukup satu tahun toko elektroniknya ia bangun, tetapi karena krisis ekonomi melanda negeri ini, membuat target pasar tak bisa terpenuhi dan terpaksa usaha elektroniknya harus gulung tikar. Untungnya ia masih memiliki toko sembako yang bisa menjadi tempat penghasilannya.
Fajar terus menatap keluar dari kaca mobil. Tiba-tiba pandangannya terarah ke segerombolan mahasiswa yang sedang berdemokrasi, ditemani oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng bersenjata lengkap, dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan untuk mengatur massa agar tetap tertib.
Bukan hanya mahasiswa yang berada disana, masyarakat pun ikut andil dalam demokrasi itu, melihat baju mereka berbeda dari mahasiswa pada umumnya. Terlihat mereka melakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota Jakarta Barat. Nampak sebagian rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Mobil Fajar mulai berlalu dengan susah payah melewati massa yang sedang mendengar orasi yang ada.
"Lagi-lagi demo, biasa mereka melakukannya di dalam kampus saja, tetapi kali ini mereka sudah turun ke jalan, tambah macet saja," ucap Ifan beropini.
"Mereka sedang memperjuangkan reformasi, untuk menuntut presiden yang menjabat sekarang turun dari jabatannya," ujar Fajar.
"Oh, ini pasti ada kaitannya dengan krisis ekonomi yang dialami masyarakat, makanya para mahasiswa berdemokrasi."
"Iya ... begitu lah Ifan, semua orang mendapatkan masalah yang sama saat ini, entah kapan krisis moneter ini berlalu, semoga secepatnya krisis ini terselesaikan InsyaAllah." Doa Fajar, lalu menyandarkan kepalanya dan menutup mata untuk mengistirahatkan pikirannya, entah itu tentang usahanya ataupun masalahnya dengan Wulan yang belum terselesaikan.
"Iya pak Amin ...." Ifan kembali Fokus menyetir ke mall toko elektronik Fajar.