Takdir Cinta Rania

LadyRose
Chapter #3

Chapter tanpa judul #3

Rania tertegun kaget mendengar ucapan sang bunda,


" Apa maksud ibu?"sahutnya lirih


" Rania..Ibu sudah tahu semuanya yang terjadi..dan juga mengenai keinginan warga desa ini yang ingin mengusirmu.."


Retno menghembus panjang dan menelan ludahnya kasar.


" Lebih baik secepatnya kita pindah saja dari kampung ini,nduk"


Rania menutup mulutnya yang terbuka, dia tak menyangka bahwa ibunya sudah mengetahui tentang rencana warga yang berniat buruk.


" Bagaimana ibu bisa tahu?"


" Tadi pagi ibu mendengar ucapan pa Burhan serta kemudian ada beberapa tetangga yang datang, mereka juga memberitahukan hal yang sama" jawab Retno getir.


Rania kembali tercengang mendengar ucapan ibundanya.


" Sungguh keterlaluan, itu pasti hanya akal-akalan pak Burhan yang menyuruh mereka karena aku telah menolak pinangannya" tukas Rania gusar.


" Kita tak perlu pindah, ini rumah milik ibu, memangnya kita mau pergi kemana"


" Tapi nduk... setelah ibu pertimbangkan lagi, kita tak bisa diam terus disini, dibawah tatapan kebencian para warga terhadap dirimu"


" Sakit rasanya hati ibu ini, jadi tolong menurutlah, mulai besok kita harus segera pergi"


" Kita berangkat ke ibukota, ibu akan coba mencari saudara sepupuku yang katanya tinggal disana"


tukas Retno lirih sambil bersikeras.


Rania terpaku di tempatnya, udara terasa tipis diruangan, rasanya untuk menghirup oksigen pun sulit, nafas gadis cantik itu sesak.


Lantas dia berpikir panjang bahwa apa yang diucapkan ibunya memang benar, tak sanggup rasanya setiap hari harus menghadapi tekanan warga yang begitu tak berperasaan menghujat  serta mencap dirinya sebagai pembawa sial.


" Baiklah Bu, sekarang Rania akan berkemas membawa baju seadanya,


***


Malam harinya Retno sedang menyiapkan baju alakadarnya yang akan dibawa merantau ke kota besok pagi.


Pada saat yang bersamaan itu juga dia teringat sesuatu yang sudah lama disimpan di dalam kotak kecil , lantas diambilnya benda itu dari dalam lemari.


Wanita paruh baya itu kemudian duduk di tepi ranjang sembari mengeluarkan isi yang ada dari dalam kotak kayu. Ternyata itu adalah sehelai sapu tangan sutra berwarna merah tua.


Retno menarik nafas panjang dan menghembusnya perlahan.


" Rania, sebenarnya siapakah yang telah begitu tega membuang dirimu begitu saja dihalaman rumahku"


Wanita paruh baya ini membayangkan kembali kejadian dua puluh tahun yang lalu, setara dengan usia Rania saat ini.


Saat itu waktu dini hari dan dirinya terbangun karena mendengar suara tangisan bayi, Retno sangat kaget hingga celingukan kesana kemari mencari asal suara tangisan.


Berapa terperanjatnya dia saat melihat didepan teras rumahnya tergeletak keranjang yang didalamnya berisi bayi merah baru lahir dan terus menangis mungkin karena kedinginan dan lapar.


Dia bergegas meraih keranjang itu dan dibawa ke dalam rumah, lalu berusaha menenangkan dan meredakan sang jabang bayi.


Retno adalah seorang janda, suaminya telah meninggal karena sakit parah yang kronis dan belum sempat punya anak.

Lihat selengkapnya