Takdir Cinta Rania

LadyRose
Chapter #6

Chapter tanpa judul #6

Rania terpaku ditempatnya berdiri, dia masih tak percaya dengan ucapan yang barusan didengar dari mulut nyonya Esti.


" Kaivan..ibu serius " tukas Esti melirik putranya.


" Ra-rania...kau mau kan menikah dengan anakku?" Esti kembali bertanya mendesak.


Rania merasa udara di ruangan menjadi tipis belum ditambah lagiĀ  dengan tatapan dingin Kaivan yang membuatnya terasa membeku.


Kaivan menggeleng pelan seakan memberi isyarat agar Rania menolak keinginan ibunya.


Tapi sedetik kemudian pintu kamar inap dibuka oleh perawat yang mencari Rania


" Maaf ..Bu Rania, kondisi ibu Retno memburuk barusan beliau kembali pingsan, sepertinya kami harus melakukan CT scan."


" Apa yang terjadi dengan ibuku" seru Rania panik.


" Menurut dokter kemungkinan beliau ada tumor di otaknya itu kemungkinan terburuk juga harus dilakukan operasi" sang suster menjawab nanar.


" Baiklah suster tolong lakukan saja apa yang terbaik menurut tim medis disini" timpal Rania panik.


" Baiklah Bu, kalau begitu apakah ibu punya asuransi, atau bisa menuju ruang administrasi terlebih dahulu untuk mengurusi pembayaran"


Rania langsung lemas seketika itu juga kakinya bergetar karena kebingungan memikirkan uang pembayaran untuk biaya berobat ibunya.


" Ra- Rania.."


Esti memanggil Rania dengan suara pelan dan tenaga yang lemah.


" Iya Bu.."


" Temuilah..ibu mu, lalu kamu jangan khawatir biar aku yang akan membayar semua..biaya pengobatan itu.."


Kaivan memegang jemari sang bunda sembari melihatnya heran.


Lalu Esti menatap Andri dan mengangguk lemah, memberi isyarat agar assisten muda itu mendekat.


" Andri ...kamu urusi dan bayar saja.."


" Baik nyonya" ujar Andri singkat lalu dia mengalihkan pandangan pada Rania.


" Nona Rania jangan khawatirkan uang untuk membayar, nyonya Esti yang menanggungnya"


Rania merasa beban didadanya seketika terangkat.


" Terima kasih banyak nyonya, kalau begitu saya ijin permisi mau melihat kondisi ibu saya dulu" ujarnya segera bergegas beranjak dari ruangan itu.


Setelah Rania tak terlihat lagi batang hidungnya, Kaivan menoleh pada ibunya.


Lihat selengkapnya