TAKDIR (Kisah nyata)

Voni lilia
Chapter #2

bab 2

Senin siang, aku mendengar dari temanku alex putus dengan pacarnya. Cobak tebak apa yang kurasakan, aku kegirangan rasanya seperti hadiah bagiku. Aku berpikir untuk menulis surat cinta padanya. Tapi hal tak terduga datang di hari itu.

Hari ini jam olahraga, aku pergi ke toilet untuk berganti pakaian. Aku melihat temanku masuk dan mengunci pintu. Karena iseng aku mengedor – ngedor pintu dengan kuat. Aku terkikih, aku pikir itu hal biasa yang lucu. Pintunya terbuka, ku lihat gadis yang amat nakal di kelasku. Aku masuk dan dia keluar. Tapi secara mendadak dia menarik rambut ku. Aku terkejut dan reflek hampir memukul wajahnya, tapi untungnya dia segera menutup pintu. Alhasil tanganku mendarat di pintu dan amat sakit. Ku biarkan saja dia pikirku, dan bergegas menganti pakaian. Setelah selesai berganti, aku meraih pintu, mencoba membuka. Aku terkejut, membuat  aku membeku sesaat, ku coba sekali lagi membuka pintu. TIDAK… TIDAK MAU TERBUKA. Ku sadari gadis itu mengunci ku. Aku ketakutan ini jam pelajaran terakhir, kalau tidak ada yang membuka pintu dari luar tamatlah sudah. Aku terkurung seharian.

Aku duduk dengan gelisah di lantai, masih menunggu orang yang membuka pintu. Hanya berselang 5 menit seseorang membuka pintu. Aku amat bahagia. Aku keluar dan kembali ke kelas, tapi apa yang kudapati, anak – anak melihatku dengan aneh. Mereka berbisik – bisik. Membangkitkan ketakutan terbesarku.

Semenjak hari itu aku selalu bertengkar dengan gadis nakal itu, dan semenjak hari itu… aku selalu tidak merasa tenang. Trauma yang sudah setahun ku lupakan kembali lagi. Teman – temanku tertawa di belakang kadang mereka berbisik. Aku sadar belum tentu mereka membicarakanku. Tapi jantung ku berdetak kencang, aku takut, ketakutan yang sama yang ku alami saat kecil. Aku menutup telingaku sebisa mungkin mengusir suara tertawa di kepalaku. Aku semakin lesu dan tak bersemangat. Di malam hari aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Saat aku menutup mata, mimpi ku akan membawaku ke kenangan masa kecilku yang suram.

Aku tidak punya teman dari sekolah dasar kelas satu sampai aku lulus sd. Mereka sering berbisik dan tertawa padaku, mengejekku dengan kata2 jelek, bau, kotor, dan aneh. Karena hal itu aku tidak bisa mempercayai siapapun. Tapi semuanya berubah semenjak SMP. Aku menemukan teman – teman yang membuat ku bahagia.

Lihat selengkapnya