Keping kepeng
Sekeping kepeng[1] terbang di udara, berputar-putar memantulkan cahaya. Satu sisi kepeng berhias kaligrafi Arab dan gambar Ka’bah, sisi lainnya berupa ukiran aksara Jawa dan simbol padma yang indah.
Keping kepeng terus berputar, suaranya lembut mendesing membelah udara. Pada keping kepeng yang sedang menuju angkasa, nasib Mataram dan Mangir diletakkan pada masing-masing sisinya.
ooOOoo
Awalnya, Mataram hanyalah sepetak tanah sepi di hutan Mentaok. Hadiah dari Pajang setelah sayembara pembunuhan bupati Jipang, Arya Penangsang. Huru-hara Jipang-Pajang adalah intrik panjang dan melelahkan, warisan saling bunuh dan perebutan kekuasaan.
Sutawijaya muda maju memenuhi sayembara mengatasnamakan sultan Hadiwijaya sang penguasa Pajang. Dengan siasat cerdik Ki Juru Mertani dan ayahnya Ki Ageng Pemanahan, Sutawijaya berhasil membunuh Arya Penangsang.
Gagak Rimang, kuda jantan tunggangan Arya Penangsang yang sedang tinggi birahi menjadi kelemahan. Ki Juru Mertani memilih kuda betina tercantik yang telah dipotong ekornya sebagai tunggangan Sutawijaya. Birahi Gagak Rimang lepas kendali mengejar kuda betina tunggangan Sutawijaya, merusak strategi, melanggar pantangan dan membuat tuannya terjebak pada siasat hebat Ki Juru Mertani. Dia tewas di tangan Sutawijaya muda.
Ujung dari huru-hara ini adalah hadiah berupa sepetak tanah di hutan sepi Mentaok. Tanah perdikan inilah yang kelak menjadi kerajaan besar penguasa tanah Jawa bernama Mataram. Berbatasan dengan tanah perdikan Mangir, kedua wilayah itu akan terlibat konflik dan drama panjang.
ooOOoo
Keping kepeng
Keping kepeng yang sedang melayang di udara bukanlah kepeng biasa. Ki Juru Mertani mendapatkannya dari pedagang Arab yang pernah ditemuinya ketika muda. Setelahnya, kepeng itu berada di sakunya sepanjang waktu, mengikuti langkah tuannya pada setiap jejak goro-goro[2] yang ditinggalkan Mataram.