Takdir Terindah

Mona Cim
Chapter #12

Pak Suryo

Adiba pulang ke rumahnya. Susan dan Davin terkejut melihat anak yang mereka cari akhirnya menampakkan diri juga. Ekspresi Adiba sungguh datar dengan kantung mata yang kentara.

"Adiba, kamu dari mana aja, sayang?" tanya Susan langsung memeluk anaknya.

"Kamu pasti di sembunyikan lelaki miskin itu kan?" ujar Davin. Sontak Adiba melepaskan pelukan Mamahnya.

"Pah, bisa gak sih jangan hina Arhan terus? Arhan gak pernah sembunyiin Adiba. Adiba sendiri yang datang ke rumah Arhan, lalu menginap di rumah teman buat nenangin diri. Selamat karena kalian menang. Arhan menolak Adiba" ucap Adiba dengan mata berair, lalu pergi menuju kamarnya.

"Baguslah kalau Arhan sadar diri. Adiba memang harus menerima penolakan Arhan. Sebeb itu yang terbaik untuk Adiba" ucap Susan bersedekap.

Sementara Adiba kembali menangis di kamarnya. Ia membenamkan wajahnya di atas bantal.

Apa semuanya berakhir sekarang? Arhan sangat telak menolak untuk berjuang dan menyerah. Ya Allah, ini sakit banget. Kenapa kau datangkan Arhan dalam hati ini, kalau dia akan pergi pada akhirnya.

***

Arhan pun sama, ia menagis duduk di depan rumahnya. Rintikan gerimis berjatuhan ke tanah. Seolah menemani hati Arhan yang sedang menangis.

"Kakak kenapa menangis?" tanya Aila yang tiba-tiba keluar dari rumah.

"Eh, kamu Aila. Kakak cuma mau segerin mata aja. Kalau nangis mata jadi seger rasanya" bohong Arhan. Ia mengusap rambut hitam Adiknya.

"Kak Arhan sedih karena Kak Adiba pergi. Kakak jangan sedih. Ada Aila dan Kak Afdi disini" ucap Aila duduk di samping Kakaknya.

"Kamu bisa aja. Masuk gih, di luar dingin. Nanti kamu masuk angin" ucap Arhan.

"Iya, Kak" sahut Aila. Gadis kecil itu masuk kembali.

Arhan bangkit dari duduknya. Ia menadah tangannya ke depan. Butiran rintik hujan itu mengenai telapak tangannya.

"Aku harus tegar. Apapun yang terjadi, ini kehendak Allah. Ini takdir yang harus aku jalani. Aku harus bisa melupakan Adiba. Aku harus bangkit dan berjuang untuk kedua Adikku. Aku ingin kedua Orangtuaku bangga di alam sana. Semoga takdir terindah akan menyapa kehidupanku, juga Adik-adikku. Aamiin".

***

Hari demi hari berlalu, Arhan mengangkut barang untuk di taruh di atas motor pekap. Mulai dari beras, sayur-sayuran, hingga telur dan buah-buahan.

Saat tengah mengangkut beras, Arhan tak sengaja bertemu pandang dengan Adiba yang ke pasar bersama Bi Izah. Arhan tersenyum, namun Adiba menghindari tatapannya dan mempercepat laju jalannya. Hati Arhan mencelos, tanpa sadar itu menginjak batu sampai akhirnya Arhan kehilangan keseimbangan. Karung beras yang ada di pundaknya jatuh ke tanah dengan keras. Beras itu tumpah cukup banyak. Arhan meringis ketika kakinya terasa sakit. Tiba-tiba boss Arhan mendekatinya.

"Ya ampun, Arhan! Kenapa kamu ceroboh sekali. Tuh lihat berasnya pada tumpah dan kotor" omel pria yang notabennya atasan Arhan.

"Maafkan saya, Boss. Saya gak fokus tadi, terus gak sengaja keinjak batu"

Lihat selengkapnya