Arhan menyerahkan tas jinjing yang ia temukan tersebut pada pemiliknya.
"Ini Pak, silakan diperiksa. Kali aja benar milik Bapak" ujar Arhan ramah.
"Saya periksa dulu ya"
Pria itu tersenyum lebar dan sangat girang setelah melihat bahwa berkas yang ada dalam tas itu memang benar miliknya. Pria itu langsung memeluk erat Arhan.
"Terimakasih, Nak. Ini benar berkas yang saya cari. Kalau berkas ini hilang, mungkin perusahaan saya terancam bangkrut" ucap pria itu begitu emosional.
"Iya, Pak. Saya senang bisa membantu Bapak" ucap Arhan.
Pria itu melepaskan pelukannya pada Arhan. Lalu mengulurkan tangannya. "Perkenalkan nama saya Suryo Damini" ucapnya Pak Suryo memperkenalkan diri.
"Nama saya Arhan Danuar" sambut Arhan senang.
"Hah, lega rasanya bisa mendapatkan berkas ini kembali. Ngomong-ngomong, kamu cuma sendiri membesarkan kedua Adikmu?" tanya Pak Suryo sambil menoleh pada Aila dan Afdi yang sedang belajar menulis.
"Betul, Pak Suryo. Semenjak kedua Orangtua saya meninggal, kami hidup bertiga di sini. Saya membesarkan Adik saya dari ia masih sangat kecil. Beruntunglah masih ada gubuk kotak ini tempat kami bernaung" sahut Arhan, tersenyum tipis.
"Apa...kalau saya angkat kalian sebagai anak, kalian akan bersedia?" tanya Pak Suryo hati-hati.
Arhan terkejut mendengarnya."Masya Allah, Pak. Demi apapun saya sangat senang. Tapi, apa tujuan Bapak mau mengangkat kami sebagai anak? Saya cuma pemulung dan--"
"Jangan bicara seperti itu, Arhan. Kamu sangat berjasa dalam hidup saya sekarang. Bahkan ketika saya memberi kamu uang puluhan juta pun tidak akan cukup. Kamu juga orang yang baik, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Saya kagum denganmu. Oleh karena itu, kamu mau kan menjadi anak angkat saya? Kamu dan kedua Adikmu akan tinggal bersama saya" ucap Pak Suryo tulus.
Arhan terlihat berpikir keras, lalu menatap kedua Adiknya yang sedang belajar. "Tapi berat rasanya untuk meninggalkan tempat ini. Bapak dan Ibu yang membangun tempat ini dulu" lirih Arhan sedih.
"Ah, saya mengerti Arhan. Tapi kamu coba lihat keadaan di sini. Sudah sangat tidak layak. Juga tengok Adik-adikmu, apa kamu tidak ingin memberikan mereka kebahagiaan? Kasihan dia masih kecil harus menanggung derita hidup. Kalau kalian tinggal bersama saya, Adik-adikmu bisa sekolah. Juga kamu bisa bekerja sekolah lebih tinggi" ujar Pak Suryo berusaha membujuk.
"Bahkan saya tidak bisa membaca dan menulis" sahut Arhan tersenyum kecut.
"Maka dari itu, saya yang akan menjamin pendidikan kamu. Pokoknya kamu saya anggap anak kandung saya sendiri. Setelahnya, kamu bebas mau bekerja di perusahaan saya atau mau membangun perusahaan sendiri"
Arhan menitikkan air mata, lalu memegangi tangan Pak Suryo dan mencium punggung tangannya."Terimakasih banyak, Pak. Saya sangat bersyukur bisa bertemu orag sebaik Bapak. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang Bapak berikan pada saya" ucapĀ Arhan penuh haru. Pak Suryo menepuk-nepuk punggung Arhan menenangkan.
"Sekarang kamu bereskan barang-barangmu. Oh, jika tidak ada yang dibawa, langsung ikut bersama saya saja. Kita mulai kehidupan kamu dari awal" ucap Pak Suryo, lalu Arhan tersenyum padanya.
***
Di sinilah Arhan dan kedua Adiknya berada. Di sebuah rumah mewah dengan fasilitas yang sangat lengkap. Bahkan mereka di beri dua buah kamar. Satu untuk Arhan dan satu kamar untuk kedua Adik kembarnya.
"Nah, Nak Arhan. Sekarang kamu tidur di kamar ini sendiri. Biar kedua Adikmu tidur di kamar sebelah" ucap Pak Suryo yang mengantarkan Arhan ke kamarnya.