Dengan besar hati Arhan memenuhi undangan pertuangan Adiba. Arhan tidak menampakkan diri pada keluarga Adiba, ia hanya memandang dari kejauhan acara pertunangan itu. Saat pertukaran cincin, Arhan memalingkan wajahnya. Arhan benar-benar berusaha menahan air matanya. Walaupun mulutnya berkata ikhlas, namun hati tetap menginginkan Adiba. Tampak raut gembira orang-orang yang melihat pasangan yang tengah tersenyum memamerkan cincin mereka. Arhan mencoba tersenyum, lalu menunduk meredam perasaan sakit dan kecewa yang ia rasakan. Arhan perlahan berbalik, lalu meninggalkan acara pertunangan cinta pertamanya tersebut.
Dari kejauhan Adiba memandang kepergian Arhan. Rupanya ia melihat, namun berusaha menutupi rasa hatinya yang mencelos. Adiba berusaha tersenyum pada semua yang ada di sana, walau hatinya terasa hampa.
Semoga kamu mendapatkan jodoh yang terbaik, Han. Mungkin ini adalah akhir kisah penantian kita yang tak kunjung bersatu. Takdiku, bukan padamu.
***
Sebulan kemudian...
Arhan disibukkan dengan pekerjaan kantornya. Suara pintu yang diketuk membuat Arhan menoleh ke arah pintu. Ternyata itu Ayah angkatnya yang datang membawa berkas.
"Ayah, tumben ke sini? Ayah sudah makan?" tanya Arhan tersenyum.
"Ayah membawa berkas yang harus kamu tandatangani. Ayah mau makan bareng sama kamu hari ini. Bisa kan" tanya Suryo tersenyum.
"Bisa dong, Yah. Kebetualan Arhan lagi nggak ada teman makan. Tino asisten Arhan lagi nggak kerja hari ini. Katanya Istrinya melahirkan" jelas Arhan sambil menandatangani berkas yang dibawa oleh Ayahnya.
"Sudah? Kalau gitu kita langsung ke kantin" ucap Suryo, lalu merangkul Arhan keluar dari ruang kerja itu.
Sekarang mereka berdua makan bersama di kantin. Ada beberapa karyawan yang menyapa mereka dengan sopan.
"Oh iya, Han. Ayah ingin menyampaikan sesuatu pada kamu" ucap Suryo disela makannya.
"Apa, Yah? Ngomong aja, Arhan dengerin kok" sahut Arhan.
"Masalah pasangan hidupmu" sontak membuat Arhan menghentikan kunyahannya. Ia segera meneguk beberapa teguk air putih.
"Eumm...Arhan belum menemukan yang cocok, Yah" sahut Arhan kembali melanjutkan makannya.
"Kalau kamu tidak keberatan, Ayah ingin menjodohkan kamu dengan putri teman Ayah. Dia gadis yang baik dan berpendidikan. Ayah yakin kalian sangat cocok. Tapi, semuanya tergantung keputusan kamu, Han" ucap Suryo menatap lekat anaknya.
"Arhan terima. Arhan nggak terlalu pandai mencari pasangan, jadi Arhan serahkan pada Ayah. Kalau kami berjodoh, kami akan menikah" ucap Arhan tersenyum.
"Alhamdulillah. Ayah nggak nyangka kamu mau menerima keinginan Ayah. Nanti besok malam, kita mengadakan pertemuan bersama keluarga mereka. Pernikahan harus lebih baik disegerakan" ucap Suryo begitu puas.
***
Arhan dan Suryo sudah ada di Restaurant yang telah ditentukan oleh pihak keluarga perempuan. Arhan terlihat gagah dengan balutan jas berwarna navi, juga gaya rambut yang lebih rapi. Jujur saja, Arhan sangat gugup sekarang menunggu calon Istrinya.
"Ayah, mereka jadi datang kan?" tanya Arhan sedikit berbisik.
"Ahaha, sabar. Sebentar lagi mereka akan datang. Rupanya anak Ayah tak sabar bertemu calon Istrinya" goda Suryo.