Takdir Terindah

Mona Cim
Chapter #2

Pertemuan Pertama

Arhan membawa hasil mulungnya ke penjualan barang bekas. Biasanya Arhan mengumpulkan plastik, besi bekas, tembaga, ataupun buku bekas. Kini giliran Arhan menimbang hasil yang ia peroleh.

"Berapa, Mang?"

"10 kilo semuanya" sahut Mang Danang, lalu memberikan uang 12 ribu.

"Terimakasih, Mang" ucap Arhan tersenyum meriah uang hasil jerih payahnya.

"Sama-sama. Antrian berikutnya!"

Arhan berlalu dari sana. Langkahnya membawa ia pada pasar yang cukup ramai, walau sudah hampir siang. Tuan Arhan adalah membeli beras dan telur. Usai membeli seliter beras dan sebutir telur, Arhan melangkahkan kakinya menuju kediamannya. Adik-adiknya pasti sudah lapar menunggunya.

Arhan sampai di gubuk kotaknya. Ia mendapati Aila dan Afdi sedang bermain di dalam.

"Assalamu'alaikum"

"Walaikumussalam" sahut keduanya tersenyum senang.

"Ayo masak, Kak" ucap Aila, mengikuti Kakaknya menuju belakang gubuk.

"Iya, ini Kakak mau masak buat kalian. Aila sama Afdi main aja dulu. Nanti Kakak datang bawa makanan. Di belakang banyak asap" ucap Arhan yang di angguki oleh Aila. Gadis kecil itu kembali masuk ke dalam.

Arhan memulai kegiatan memasaknya. Ia menanak seperempat beras yang tadi ia beli. Usai masak, ia lanjutkan dengan menggoreng telur. Usai berkutat cukup lama dengan masakannya, Arhan membawa dua piring nasi dan telur masing-masing setengah untuk kedua Adiknya.

"Nah, sekarang kalian makan. Sebelum makan jangan lupa berdoa. Kakak mau ambilin air buat kalian minum"

Begitulah keseharian Arhan membesarkan kedua Adiknya. Ia hanya makan nasi dan garam saja. Bagi Arhan, kedua Adiknya yang memerlukan banyak asupan.

***

Siang hari usai sholat zhulur, Arhan ke belakang rumahnya. Ia mencongkel ubi kayu untuk di jual. Rencananya ingin membuat keripik singkong terurungkan, karena modal belum ia dapatnya.

"Untuk sementara akan lebih baik menjual ubi jalar terlebih dahulu. Siapa tahu bakal laku dan bisa menghasilkan modal"

Cukup banyak hasil yang ia dapatkan, Arhan memasukkan semua ubi itu ke dalam karung. Ia juga membawa timbangan bekas yang ia peroleh dari pembuangan sampah, ia perbaiki dan sekarang bisa digunakan.

Tujuan Arhan kali ini hanya berjualan di pinggir jalan. Ia meminta temannya untuk menuliskan harga di kertas, sebab ia tak bisa menulis.

Arhan tersenyum senang, ia telah menemukan tempat yang bagus untuk berjualan. Di depan pasar dan tempat kelaluan orang banyak.

"Ubi kayu, Bu. Cuma 3 ribu/ kilo. Ubi yang benar-benar empuk. Saya jamin" ucap Arhan pada calon pembeli.

"Beneran empuk gak nih? Jangan bohongi saya ya" ucap Ibu itu.

"Saya jamin, Bu. Saya sudah sering mencobanya" ucap Arhan ramah.

"Boleh deh, satu kilo aja"

Arhan tersenyum senang dan menimbang ubi satu kilo. Ia menerima 3 ribu rupiah untuk itu.

"Alhamdulillah"

Hingga hampir petang, ubi kayu yang dibawa Arhan tinggal 2 biji. Ia memutuskan membawa pulang dan merebuskan untuk besok pagi.

***

Lihat selengkapnya