Arhan pulang ke gubuk bersama kedua Adiknya. Terlihat binar bahagia di wajah Arhan karena ia berhasil membawa cukup banyak uang. Walau bagi orang itu sedikit, namun banyak bagi Arhan. Arhan berhasil mengantongi uang 52 ribu rupiah dari hasil jualnya.
"Kak Arhan hari ini bawa perman gak?" tanya Aila.
"Bawa dong. Kakak beliin kalian permen satu pack. Kalian bagi dua ya" sahut Arhan mengambil satu bungkus permen cokelat." Nih, Kakak beli rasa cokelat. Tapi makannya jangan banyak, nanti sakit gigi. Simpan juga buat nanti"
"Yeah...permen!" seru keduanya.
"Kalian disini aja ya. Kakak mau masak sup buat kalian. Jangan kemana-mana" ucap Arhan, lalu diangguki kedua Adiknya.
Arhan berjalan ke bilik. Ia meraih celengan plastik berbentuk tabung yang ia pungut kemarin saat mulung. Arhan merogoh uang 20 ribu dari sakunya. Ia memasukkan ke dalam celengan itu.
"Semoga Allah selalu memberkahi niatku untuk menyekolahkan Aila dan Afdi tahun depan" ucap Arhan tersenyum bangga.
Arhan kembali berjalan menuju belakang rumah. Ia berniat ingin memasak sup untuk kedua Adiknya.
***
Arhan kembali mencari perolehan keuntungan dengan berjualan keripik singkong. Ia juga teringat pesan seorang gadis yang ingin 5 bungkus keripik singkong pedas. Arhan tambah semangat berkutat di belakang rumah mengolah keripik singkong. Kali ini, ia membuat lebih banyak dari kemarin.
"Oh iya, persediaan singkong mungkin akan habis besok atau lusa. Yang baru aku tanam tak akan tumbuh secepat itu. Kalau membeli di pasar, mungkin keuntungannya tak sebanyak punya sendiri" gumam Arhan tampak berpikir. "Mungkin aku harus mencari pekerjaan tambahan lagi. Aku masih muda, ini saatnya untuk bekerja keras" ucap Arhan mantap.
Arhan kembali mengunjungi sekolah tempat ia berjualan kemarin. Sebentar lagi para siswa dan siswi akan keluar dari gerbang itu. Arhan bersandar di bawah pohon untuk melepas penat, sebab usai mulung, ia langsung berangkat jualan keripik singkong.
"Semoga gadis itu masih ingat dengan pesanannya. Dia gadis yang baik" gumam Arhan, lalu terkekeh malu.
Suara berisik anak sekolahan mulai terdengar. Ada beberapa siswa dan siswi juga yang membeli keripik singkong Arhan. Hingga orang yang Arhan tunggu tiba juga. Ia berjalan sambil tersenyum menuju Arhan.
"Masih ingat pesananku kan?" tanya Adiba.
"Ingat, Mbak. Ini sudah saya bungkuskan lebih dulu" sahut Arhan menyerahkan bungkusan itu pada Adiba. Adiba meraih dengan tangan kanannya.
"Namaku Adiba Safitri. Jangan panggil Mbak lagi, kita seumuran kan?" ucap Adiba.
"Ah, iya Mbak. Eh, Adiba. Saya masih berumur 18 tahun, hampir 19 sih seminggu lagi" sahut Arhan canggung.
"Namanya siapa?"
"Nama saya?" ucap Arhan menunjuk dirinya, Adiba tersenyum. "Nama saya Arhan"
"Hanya itu?" tanya Adiba bingung.