Takdir Terindah

Mona Cim
Chapter #4

Pekerjaan Tambahan

Arhan berangkat ke pasar. Kali ini ia ingin mencari pekerjaan tambahan. Ia mendatangi kedai, toko, dan berbagai kegiatan berdagang di pasar. Hingga akhirnya ia diterima sebagai buruh angkat belanjaan ke atas motor angkut. Arhan mengangkat karung berisikan sayur, bahan pokok, gandum, dan juga telur.

Saat tengah sibuk mengangkut barang, Adiba melihat padanya sambil tersenyum. Sontak membuat Arhan hampir gagal fokus. Dengan sigap Arhan menahan karung yang ada di pundaknya. Arhan segera menaruhnya di motor angkut. Ia melihat Adiba berjalan ke arahnya.

"Kamu kerja disini juga?" tanya Adiba, di tangannya ada keranjang berisikan belanjaan.

"Iya, Diba. Saya ingin menambah penghasilan lagi. Alhamdulillah saya mendapat pekerjaan disini" sahut Arhan tersenyum.

"Arhan! Ayo angkut lagi" seru seseorang yang menjadi bos Arhan sekarang.

"Iya Bos" sahut Arhan.

"Ya sudah sana, maaf ganggu kamu kerja" ucap Adiba.

"Gak papa. Saya balik kerja dulu" ucap Arhan tersenyum, lalu kembali pada pekerjaannya.

Adiba tersenyum, ia kebetulan melihat ke arah orang berjualan es campur. Adiba menghampiri penjual itu, berniat untuk membelikan Arhan minuman dingin.

"Es campurnya satu ya, Bang. Pakai gelas aja" ucap Adiba.

"Siap, Neng"

Adiba menatap ke arah Arhan yang tampak tak mengangkut barang lagi. Adiba melambaikan tangannya ke arah Arhan. Arhan terseyum dan menghampirinya.

"Minum dulu. Kamu pasti sangat haus" ucap Adiba menyerahkan es campurnya.

"Terimakasih" ucap Arhan, lalu duduk di samping Adiba. Ia tampak menikmati es campur itu.

"Arhan, maaf ya kalau aku lancang. Kemarin aku ikutin kamu sampai rumah. Aku cuma penasaran dimana kamu tinggal, barangkali aku bisa main kapan-kapan. Jangan salah paham, aku niat tulus ingin berteman" ucap Adiba jujur. Walau terkejut pada awalnya, tapi Arhan akhirnya menampilkan senyum tipisnya.

"Apa sekarang kamu malu berteman dengan saya? Saya hanya tinggal di gubuk kotak dan dekat emperan pembuangan sampah. Sangat kotor dan tak layak" ucap Arhan terkekeh kecil.

"Enggak kok. Enggak sama sekali. Aku malah kagum sama kamu. Aku lihat, kamu punya dua Adik yang amat kamu sayangi. Aku kagum sama orang yang pekerja keras dan tanggung jawab sepertimu. Tidak ada alasan untuk aku malu. Aku bersyukur" ucap Adiba tulus.

"Terimakasih banyak. Saya senang mendegarnya" ucap Arhan.

"Kapan-kapan, boleh ya aku mampir ke rumahmu. Aku ingin bertemu kedua Adikmu"

"Kamu gak jijik? Disana kotor dan tentu bau. Jangan dipaksakan"

"Jangan ngomong kayak gitu. Aku senang jika kamu mengizinkan aku bertamu"

"Datang kapan kamu mau. Kalau begitu, aku balik kerja dulu" ucap Arhan beranjak dari duduknya.

"Iya. Semangat kerjanya" sahut Adiba.

***

Sore menjelang, Arhan menemani kedua Adiknya di depan rumah yang sedang belajar menulis. Arhan baru saja membelikan alat tulis dan juga buku. Arhan yang tak pandai dalam hal belajar, ia memutuskan membeli poster abjad untuk kedua Adiknya tiru dalam menulis huruf.

Tiba-tiba saja suara seorang gadis mencuri atensi Arhan. Arhan begitu terkejut melihat sosok Adiba yang tersenyum manis.

"Assalamu'alaikum"

"Walaikumussalam. Adiba, kamu benar-benar kemari?" shock Arhan.

Lihat selengkapnya