Takdir Tuhan yang Tersesat

Agum Bahenggar
Chapter #1

Prolog

LAMUNAN

“Makanan paling nikmat bagi waktu adalah rindu, dan minuman yang paling segar bagi waktu ialah sendu.”

Adakah waktu dapat berhenti sejenak hanya untuk mengulur lamunanku yang lesu di bawah pekatnya malam. Namun waktu adalah makhluk yang paling rakus di muka bumi. Sebuah malam yang indah ini akan menjadi malam yang bengis. Sebab, sebuah keindahan adalah bagian dari keputusasaan, kehilangan, dan kehancuran. Apa yang indah dari malam ini yaitu ketika aku bersekutu dengan waktu dan ia melemparku pada sebuah ingatan yang telah jauh di makan zaman. Kenapa waktu dikatakan rakus yaitu karena ia bersekutu dengan embun untuk menebarkan rasa dingin dan kantuk pada setiap makhluk lalu menelan mentah-mentah rahasia lamunanku. Aku menjadi semakin takut, sebab aku akan tertidur dan menemui alam fana yang lebih fana dari dunia apapun, lalu aku terkurung di antara kutukan mimpi. Kita tahu bahwa mimpi hanya akan membuat kita semakin terjerembab dan membenci dimensi fana di alam lelap. 

Langit tak menyisakan tawa, aku hanya menggenggam seragam sekolahku yang kusimpan hingga saat ini. Baju yang penuh dengan warna juga beberapa coretan nama dengan tanda tangan di dalamnya. Kudekap baju ini erat-erat menyentuh dadaku tepat di bagian yang tertulis nama beserta tanda tanganmu yang di mana itu semua adalah tradisi mengikat tali kenangan di masa sekolah saat hari kelulusan. Di usiaku saat ini, adakah waktu akan mengembalikanku pada suatu keindahan duniawi, yaitu bertemu denganmu meski hanya sekali seumur hidup, bukan dalam mimpi yang lagi dan lagi terus menghampiri. Karena mimpi bukan meredamkan kerinduan, justru mematangkan rindu lebih dalam.

Perempuanku, adakah kamu tahu diriku saat ini. Siklus yang kujalani setiap malam membuatku tersiksa. Aku tak mempermasalahkan kamu yang menjadi penyebabnya, tapi aku mengutuk waktu yang menjadi perusaknnya. Malam ini, aku menelusuri mesin waktu dengan menembus batas imajinasiku. Terbang ke masa lalu dan menyelami setiap keindahan-keindahan yang kudapatkan pada saat itu, pada saat mengenalmu dan pada saat waktu menciptakan jarak dan dunia yang asing bagi kita. kendati semua ini akan terus menyisakan luka namun caraku mengabadikanmu adalah dengan mengubur kematian cinta kita yang masih bernyawa, juga melumatkan nafas kerinduan di dalam dada pada sendu malam ini.

Aku mencoba menulils cerita kita yang sangat disayangkan jika harus dimangsa oleh kejamnya sebuah kenangan. Meski telah banyak syair yang tercecer di mana-mana dan meski tak pernah ada yang membaca. Namun sebuah catatan tak akan pernah usang ditelan waktu. Semakin waktu melahapnya, maka ia akan semakin kekal bersama sejarah. Maka kuabadikan kenangan kita dengan tulisan-tulisan sederhana ini agar cinta kita akan tetap abadi untuk selamanya. Semua unsur keheningan ini adalah tak lain karena sebuah perjumpaan. Pertemuan yang menjadi awal perpisahan dan diakhiri oleh kerinduan.

Lihat selengkapnya