Pagi itu, aku baru sampai di kantor setelah mengantarkan Gaza ke sekolah.
“Mir, ada yang ingin kubicarakan.”
“Kamu ada waktu kan?” sambungku seraya menyibak beberapa dokumen yang tersimpan di meja kerja.
“Sore ini aku lengang. Kita bisa bertemu di tempat kerjaku saja bagaimana?” Mira memberikan penawaran.
“Serius kamu lengang? Aku tidak mengganggumu kan?” Aku kembali memastikan takut kalau-kalau Mirna terpaksa mengatakan dirinya lengang.
Mira terbahak-bahak. “Kamu serius mau bertemu aku kan?” Mira balik bertanya.
“Iyalah.” Sahutku cepat.
“Ya, pukul tujuh malam di kantorku.”
“Ok! Pukul tujuh,” seruku sebelum kemudian Mira mematikan ponselnya.