Takdir yang Tak Pernah Kusepakati

Shinta Puspita Sari
Chapter #7

Chapter #7

Aku terduduk bersandar pada dinding kamar, kedua tanganku memegangi lutut yang terasa lemas. Aku menunduk lesu menatap wajah wanita dengan sorot mata yang tak lagi tajam seperti biasanya.

Malam menjelang pagi. Langit masih tampak pekat untuk matahari buru-buru menampakkan cahayanya. Suasana rumah terasa anyeb karena duka. Suara dering telepon yang terdengar nyaring, sama sekali membuatku tak ingin bergerak barang sebentar saja untuk mengangkatnya.

Dering telepon kembali berbunyi untuk kesekian kalinya setelah beberapa detik berhenti. Kali ini, aku mengangkatnya. Terdengar suara penuh kecemasan dari balik ponsel yang menempel di telingaku.

“Ibu sudah meninggal,” seruku pada mereka. ***

 

 Agustus 2023 yang begitu nelangsa.

Semalam baru saja turun hujan. Wangi tanah khas menyusup dari celah jendela yang terbuka. Menusuk indera penciuman dengan begitu lekat. Aku duduk tenang di kamarku. Memandangi bulir yang terjatuh dari setiap ujung tanaman cocor bebek di pekarangan rumah.

Sesekali aku menarik napas dalam-dalam. Membiarkan aroma ampo berputar-putar di hidungku sebentar, lalu kuembuskan setelah aku puas menikmatinya. Wangi ini tak asing bagi cuping hidungku karena wanginya sama dengan tanah pekuburan yang baru saja kukunjungi satu minggu yang lalu selepas hujan reda.

Lihat selengkapnya