“Kamu itu bucin!” Jefri mendengus kesal.
“Apa itu bucin?” tanya Yudi tidak paham.
“Bucin itu budak.”
“Hah? Budak itu hanya ada di zaman Nabi. Sekarang tidak ada lagi yang namanya perbudakan,” bantah Yudi sambil bangun dari kasurnya.
“Kamu budak. Budak cinta lebih tepatnya,” ujar Jefri kesal. “Hidup kamu itu sepenuhnya sudah dikuasai oleh Sela. Semenjak kenal Sela kamu sudah beda, Yud!” Jefri menatap Yudi jengah. Yudi tidak peduli, dia melangkah mendekat ke jendela untuk membukanya. Dari luar sinar matahari menyeruak masuk ke dalam kamar kost yang mereka sewa di sudut kota yang penuh drama ini.
“Sela itu sangat berarti buatku. Kamu tidak paham tentang hidupku, Jef. Kamu itu payah. Sudah tahun 2012 masih saja terjebak di dalam jaring friendzone.” cerca Yudi asal-asalan.
“Yudi, tunggu! Apa itu friendzone?” Jefri melongo tidak paham. Sialan, Yudi berlalu begitu saja ke kamar mandi. Jefri paling tidak suka dibuat penasaran. Rasanya ingin mati saja.
Debat kusir memang sering terdengar di dalam kost yang berada di ujung lorong itu. Dua sahabat baik itu saling menyalahkan satu sama lain. Meskipun sebenarnya mereka sangat akur, tapi orang-orang yang baru mengenal mereka pasti menglabeli mereka sebagai dua manusia yang sudah lama mengikrarkan diri sebagai musuh bebuyutan yang mengharuskan ada kematian terlebih dahulu untuk mencapai yang namanya perdamaian.
“Yud! Apa itu friendzone?”
“Kamu punya hp kan? Tanyalah sama google!” jawab Yudi sekenanya. Bau parfum memenuhi kamar. Yudi ingin keluar bareng Sela yang dari tadi sudah menunggu di depan kost.
Jefri menelan ludah, mungkin rasanya sedikit asin.
“Ah terserah deh! Salam ya buat ratu Sela kesayanganmu itu. Bilang sama dia, karma itu keras, jangan main-main sama hati!”
"Hm!"
Yudi tidak peduli. Jatuh cinta telah membuat beberapa urat logikanya putus. Jefri tidak tega melihat teman baiknya itu. Seandainya dia ahli ilmu hitam, sungguh dia akan memisahkan Sela dari kehidupan Yudi.
***
Tidak hanya Jefri yang mengatakan kalau Yudi telah berubah. Teman-teman di kampus juga sepakat dengan opininya Jefri. Semenjak kenal Sela, Yudi sudah sangat sulit untuk diajak ngopi, ngobrol, nonton bola, atau sekedar mengelilingi taman kota di sore hari.