“Malam ini El-Clasico. Barca akan menangis di kandangnya sendiri!” ujar Jefri antusias. Nampaknya dia seorang pendukung setia Real Madrid.
“Buruan bangun, Yud! Kita harus pergi lebih cepat ke warung kopi, nanti kita tidak kebagian tempat duduk," sambungnya lagi antusias.
“Hm, Sabar!"
“Kita harus jadi saksi. Messi malam ini tidak akan berbuat banyak,” ucap Jefri heboh sambil mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu.
Yudi tersenyum lebar, tapi Yudi tidak tersenyum dengan Jefri. Yudi lagi tersenyum dengan seseorang di layar ponsel. Dari tadi Yudi asyik dengan ratusan pesan dari orang yang sama, Sela.
“Aku malam ini tidak enak badan, Jef. Kamu keluar saja sendiri!” ujar Yudi singkat dengan tatapan tetap fokus ke layar ponsel. “Abang, besok kita ketemu ya!” Yudi membaca pesan dari Sela di dalam hati.
“Sejak kapan kamu tidak suka nonton bola, Yud? Kamu itu maniak bola. Kamu pernah kabur dari rumah sakit hanya demi nonton Granada melawan Celta Vigo.” Jefri terheran-heran. Mood-nya mendadak rusak. Nonton bola sendirian rasanya seperti kopi tanpa gula. Pahit.
Tidak ada jawaban. Yudi tersenyum lagi dengan ponselnya. Entah apa yang sedang dibacanya. Sekarang Yudi memeluk guling lebih erat.
“Dasar aneh!” ujar Jefri dalam hati.
“Kamu yang aneh. Mau sampai kapan dikasih harapan palsu sama sahabat kamu itu?”