"Saat pagi datang, senyumanmu memeluk pikiranku, saat siang datang kau bagaikan payung yang selalu membuatku teduh, dan saat malam kau adalah kehangatan yang selalu membuatku jauh dari kedinginan."
Terdengar suara azan berkumandang dari arah mesjid yang tak jauh dari dermaga. Panggilan shalat telah tiba, Binsar dan Anggi langsung bangkit dari tempat duduk menuju rumah, sesampainya di rumah Binsar di perintahkan ayahnya segera berwudhu agar bisa melakukan shalat berjam'ah bersama. Dengan gesit Binsar langsung melangkahkan kaki dengan cepat ke kamar mandi. Mengambil wudhu, Binsar menjadi imam shalat berjama'ah. Keluarga Binsar sangat di hormati oleh warga sekitar meski keluara Binsar seorang pendatang baru tapi masyarakat disini sangat menghormati nya. Karena keluargaya yang di kenal akan ke religiusannya.
Shalat berjama'ah pun selesai, waktunya makan malam bersama. Anggi menghidangkan makanan khas batak yang terdiri dari ikan arsik, ikan bakar, daun ubi tumbuk dan sambal tuk-tuk. di atas lantai kayu yang telah di bentangi tikar anyaman yang di buat dari daun pandan karya umak Binsar sewaktu di Medan.
Ikan arsik makanan khas medan yang dominan di masak dengan ikan mas tapi, disini istrinya menggunakan ikan kerapu untuk di jadikan arsik, hal baru mulai di coba istrinya di tempat baru. Daun ubi tumbuk yang di masak dengan santan adalah hidangan sayuran yang terbuat dari daun singkong yang di tumbuk dengan menggunakan lesung atau cobek makanan ini dapat di temukan di masakan Padang dan Batak di Sumatra. Masakan Dayak di Kalimantan serta Manado dan Bugis di Sulawesi.
Beberapa ikan hasil tangkapan tadi di ambil Binsar untuk diolah sebagai lauk pauk di rumah, sang istri memasak makanan saat suaminya tengah beristirahat dari lelahnya bekerja . Umak Binsar selalu ikut membantu menantunya memasak. Setelah makanan tersaji . makan bersama terasa nikmat bersama orang orang tersayang. Setelah selesai menikmati makanan perut yang semulanya kosong terisi dengan makanan hingga tak sanggup lagi berdiri karena kekenyangan. Binsar merindukan makanan ini karena selama di laut Binsar tak teratur makan sangking sibuk nya menangkap ikan. Tikar daun pandan di bentangkan di depan teras rumah, suguhan kopi hangat buatan Anggi menambah kenikmatan malam yang terasa sepi, sambil menatap pemandangan indah ke arah laut. Angin lautan menenangkan pikiran. Deburan ombak semakin asyik bagaikan lagu pengantar tidur di pulau ini. Ayah dan Umak meranjak dari tempat duduknya menuju bilik untuk segera tidur karena suasana malam mulai terasa sangat dingin tinggal Binsar dan Anggi
"Dek, duduk lah sebentar di sampingku, rasanya kurang sempurna menikmat cahaya bulan tanpa dirimu." menatap mesra istrinya
Anggi duduk di samping suaminya dengan memberi senyuman manis di wajahnya. paras yang cantik, kulit nan putih, hidung yang mancung serta memakai kerudung, wajah nya seperti wanita Arab. Membuat Binsar seorang laki-laki yang beruntung di masa itu yang bisa menaklukkan hati Anggi. Maklumlah Anggi adalah seorang gadis kembang desa incaran pria di minang. Bagaimana tak cantik Anggi adalah gadis keturunan yang berdarah Arab. Ayahnya berasal dari Arab. Ayahnya pernah mengunjungi Negara indonesia untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim yang di sebut juga UIN Suska Riau. Selain menjadi mahasiswa ia juga bekerja sebagai guru. Pada tahun 1972 dia mendapatkan tugas untuk membawa anak-anak sekolah mengunjungi Istana Siak Sri Indrapura di Kabupaten Siak.
Istana Siak Sri Inderapura adalah salah satu Jejak Kemegahan Islam di Tanah Riau. Destinasi wisata yang paling eksotis di Riau. Istana Siak adalah tempat kerajaan Siak pada masa penjajahan dahulu. Istana Siak memiliki arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang telah selesai di bangun pada tahun 1893. Kompleks istana ini mempunyai luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari 4 macam istana yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang dan Istana Baroe. Istana ini kediaman resmi Sultan Siak yang mulai di bangun pada tahun 1889. Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Beberapa jam kemudian sampailah ia bersama murid-muridnya di Istana Siak menelusuri berbagai benda antik di dalamnya sambil menjelaskan pada murid-muridnya karena tujuan utama datang kesini adalah belajar mencari ilmu.
Ayahnya yang bernama Muhammad Athafariz Bin Abdul Abqary dan ibu yang bernama Azyumardi Azra. Pertemuan singkat tersebut menumbuhkan benih cinta di antara mereka. Bermula sebuah syair indah yang di bacakan Athafariz dalam bahasa Arab saat berada di lantai dua bangunan Istana Siak. Athafariz menjelaskan bahwa ilmu itu sangat penting untuk kehidupan pada murid-muridnya dan ia membuktikannya dengan membaca syair dengan suara nan merdu
تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمًا وَلَيْسَ أَخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاهِلُ
وَإِنَّ كَبِيْرَ الْقَوْمِ لاَ عِلْمَ عِنْدَهُ صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلَيْهِ الْجَحَافِلُ
وَإِنَّ صَغِيْرَ الْقَوْمِ إِنْ كَانَ عَالِمًا كَبِيْرٌ إِذَا رُدَّتْ إِلَيْهِ الْمَحَافِلُ
Belajarlah karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang yang bodoh.
Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya keagungan (ilmu).
Dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu.
Orang arab terkenal jago dalam bersyair, hal itulah yang membuat Azyumardi berdecak kagum melihat pemuda itu, suara merdunya membuat semua yang ada di museum istana siak diam sejenak mendengarkan bacaan syair yang merdu. Dengan berani Azyumardy mengajak pria berparas tampan itu berkenalan, mendapat respon baik dari pria itu mereka pun mulai menjalin pertemanan, akrab dan timbul lah butiran cinta di antara mereka. Athafariz mulai mengirim surat yang berisi syair cinta
أحبك
Aku mencintaimu
أحبك يا من إليها أهدي كلماتي
Aku mencintaimu, wahai orang yang kudedikasikan kata-kataku padanya
أحبك يا أجمل وردة في بستاني
Aku mencintaimu, wahai mawar terindah di kebun hatiku
أحبك يا قرة عينى وملاذي
Aku mencintaimu, wahai penyejuk mata dan tempat berlindungku