"Tahun lalu menjadi ajang pembelajaran. Tahun baru menjadi awal kemajuan.
Hari berlalu berganti minggu. Bulan beranjak menyulam tahun. Tidak terasa Ainun Fadhilah sudah menginjak usia tujuh tahun. Ainun Fadhilah tumbuh dengan sehat tak kurang satu pun. Ia sama seperti anak-anak lain. Warna kulitnya putih persis seperti ibunya, tubuhnya tinggi, Sedikit berisi. Rambutnya pendek sebahu. Dia tengah sibuk bermain dengan anak-anak lainnya. Sesekali ikut melaut di sekitaran pulau bersama ayahnya dan kadang ikut pergi ke Kota Sumbawa, meski awalnya Anggi kurang setuju bila Binsar mengajak Ainun Fadhilah melaut tapi lambat laun Anggi mulai memperbolehkan anaknya pergi melaut, anak itu amat periang.
Binsar dan Anggi merawat anak itu penuh Dengan kasih sayang dan cinta, kehadiran anak kecil itu membuat keluarga mereka semakin harmonis tapi satu anggota keluarga telah menghilang dari kebahagiaan itu. Umak Binsar meninggal tujuh tahun lalu akibat kecelakaan yang tak terduga sementara ayahnya Binsar berubah drastis setelah kehilangan cintanya. Mulai jadi pendiam, sedikit bicara dan lebih suka mengurung diri di kamar. Hanya Ainun Fadhilah lah yang pandai menghibur Ompung nya. Kerinduan pada almarhumah orang tuanya membuat Binsar selalu teringat hal itu hingga menangis, tapi Anggi selalu hadir di dalam kesedihan yang menimpa suaminya ia mulai sering menghibur.
Anggi dan Binsar memutuskan untuk mengirim Ainun Fadhilah ke sekolah, malam harinya ia belajar mengaji di mesjid Al ikhlas pulau Bungin. Siangnya belajar membaca dan menghitung di sekolah, seberang pulau. Setiap pagi akan ada nelayan yang mengantar Ainun Fadhilah ke seberang dan menjemputnya lagi setelah sekolah berakhir. Binsar membayar nelayan yang selalu siap melayani anaknya.
Oh iya, tujuh tahun berlalu dengan cepat, berkat kerja kerasnya, semangat dari istri dan anaknya membuat Binsar telah menjadi keluarga yang paling terpandang di pulau itu. Dia memiliki kapal besar untuk melaut lebih besar dari pada punya Pak Kepala Kampung. Ayahku tidak jadi nahkoda lagi di kapal Pak Kepala Kampung. Ia juga telah memiliki beberapa perahu nelayan kecil, guna untuk membantu warga yang kesusahan, berkat kedermawanannya Pulau ini semakin makmur. Ada puluhan ABK yang bekerja untuknya, dan ia juga telah menyewa pembantu agar istrinya tidak lelah. Rumahnya juga semakin bagus dan besar serta perabotan dalam rumahnya telah banyak berganti dengan peralatan terbaik yang ia beli saat pergi melaut. Kehidupanya semakin makmur dan bahagia.
Perlahan tapi pasti kesedihan atas kepergian Umaknya, Tujuh tahun lalu kini telah membuat Binsar terobati karena sosok baru akan segera hadir kembali di tengah keluarga mereka. sama seperti kabar gembira saat kehadiran anak pertamanya ia mulai antusias, tidak ingin bekerja melaut beberapa bulan kedepan demi menjaga istrinya yang segera memberi hadiah mahal untuk kedua kali nya. Fadhilah bersorak gembira ketika ia tahu bahwa ia akan punya adik baru. Ia mulai keluar dari rumah segera memanggil teman-temannya untuk memberi tahu kabar gembira ini. sudah lima, enam, tujuh bulan ia tak sabaran menunggu adiknya.
"Semoga adik lahir saat ulang tahun ku ya Pak."
"memangnya kenapa nak"