“Sudah, Kang,” ucap Mang Amin.
“Terima kasih, Mang, sudah mau bantu Kami mengganti ban,” ucap Ranu.
Tidak hanya Mang Amin, tetapi ada Bibi Nur, Ranti, Sir Ajo serta Warga Desa lainnya di sana, mereka sengaja menghentikan langkahnya ke ladang untuk melepas kepergian orang-orang asing tersebut.
“Kalian hati-hati, ya!” ucap Fadil.
“Iya, kamu harus pikirkan apa yang saya bilang tadi malam, ya,” sahut Ranu.
Mereka pamit kepada Warga yang ada di sana, lalu menjalankan mobil mengikuti jalan ini.
“Tadi, aku dengar itu. Memangnya kamu bilang apa sama dia tadi malam?” tanya Intan.
“Bukan apa-apa, cuma nasihat supaya dia cepat pulang,” ucap Ranu sambil menyetir.
“Kukira, aku yang terakhir bicara sama dia tadi malam, ternyata Kamu ...,”
“Dia belum tidur, waktu aku bangun tengah malam.”
“Memangnya dia punya masalah apa? Aku lihat dia baik-baik saja.”
“Ya, awalnya juga dia sulit untuk bercerita.”
“Terus?”
“Intinya, hubungan dia dengan Ayahnya memburuk setelah Ibunya meninggal.”
“Ceritanya lebih detail dong!”
“Kamu mau tau banget urusan orang. Heran.” Sedetik kemudian Intan langsung menepak jidatnya. Ratu Kodok telah kembali, pikirnya.