TakdirNya Selalu Menang

Janet Pernando
Chapter #17

Arsa

Jika ditempuh dengan mobil mungkin akan menghabiskan waktu satu hari untuk pulang. Tapi dengan menggunakan kapal ini, Ranu bisa sampai ke kota dalam waktu enam jam saja. Setidaknya itu yang tertera dalam tiketnya.

Kapalnya selesai bersandar, Ranu pun turun. walaupun sudah hampir pertengahan malam, tapi keadaan pelabuhan ini masih sangat ramai. Atau barangkali tidak, sebab sudah cukup lama Ranu jauh dari keramaian sehingga arti ramai menjadi sedikit bergeser baginya.

Ranu memberhentikan taksi dan meminta diantarkan ke kedai. Ia hampir tidak terbiasa dengan suasana kota. Lampu kota yang cukup lama hilang dari penglihatannya, bising klakson kendaraan yang menggema di mana-mana, dan gedung-gedung tinggi dengan titik-titik cahaya yang mengitari.

Taksi yang membawanya berhenti di tempat tujuan. Terpampang di hadapannya, kedai yang tak terawat. Halaman yang penuh sampah, kaca yang tertutupi debu, bahkan tercium udara lembab ketika memasukinya.

Ranu menyalakan lampu, lalu duduk di meja dekat jendela. Dalam duduknya, ia bertanya-tanya tentang bagaimana caranya meminta maaf kepada Sinta dan Ayahnya. Waktu itu, sebenarnya ia berbohong kepada Intan. Ia tidak tahu keputusan apa yang harus diambilnya. Namun ia sangat ingin menyelesaikan semua masalahnya, dimulai dari hubungannya dengan Sinta. Bagaimana nanti saja, ucapnya.

Ranu beranjak ke dapur untuk membuat makanan dan minuman, barangkali sepiring roti bakar blueberry dan susu cokelat hangat. Tidak lama setelah mematikan kompor, hujan mendadak turun. Ranu menengok sebentar ke luar sebelum menutup pintu kedai agar tampias hujan tidak ikut masuk bersama dingin yang menjalar pada lantai kedai.

Ranu mulai menyantap makanannya. Hujan yang turun dan cokelat panas memaksanya untuk mengenang masa lalu. Ingatannya tentang masa-masa indah memenuhi kepalanya dan kedai ini. Ketika sedang diberi kebahagian terus menurus maka kita harus curiga karena hidup tidak selamanya senang, ucapnya.

Ranu mengamati tetes demi tetes hujan yang menitik di kaca jendela. Tiba-tiba ada seorang wanita yang lari di luar jendela lalu bergegas masuk ke kedai. Siapa yang tidak terkejut kalau ada orang yang tiba-tiba lewat di depan muka? pikir Ranu yang masih mengatur detak jantungnya.

Wanita itu membuka jaketnya sambil mengeluh karena hujan yang mendadak turun itu membuat pakaiannya basah kuyup. Ranu memerhatikan wanita itu yang berjalan menghampiri meja kasir.

“Mbak!” panggil Ranu.

Wanita itu menoleh, “Maaf, Mas ....”

Mereka saling menatap dan mencoba menyebutkan sebuah nama. Mereka sama-sama merasa tidak asing dengan wajah dan suara orang yang ada di hadapannya.

“Arsa?!” ucap wanita itu.

“Mita?”

Mereka saling menanyakan kabar dan sebagainya, selayaknya pertemuan antara teman lama. Mita menceritakan kalau mobil miliknya mengalami mati mesin. Dan ketika sedang mencari taksi untuk pulang, tiba-tiba hujan turun. “Untungnya tempat ini masih buka,” ucapnya.

“Tapi mobil kamu?” tanya Ranu.

“Kamu bisa membetulkannya? Seingatku, tidak.”

“Enggak, sih. Aku cuma tanya aja.”

Lihat selengkapnya