TakdirNya Selalu Menang

Janet Pernando
Chapter #22

Surat dan Kabar

Mobil yang dikendarai Intan telah memasuki Kota. Ia melihat ke tempat duduk Adinda lewat kaca tengah. Di pundak Putri, Adinda masih tertidur karena sejak mendapat kabar itu dia tidak henti-hentinya menangis. Irman yang duduk di sampingnya terbangun karena telepon yang berada di sakunya bergetar. Ada panggilan masuk dari Ranu.

“Halo! Kang!” Irman melihat ke belakang, “Masih tidur. Ada apa Kang?”

Intan memperhatikan pembicaraan tersebut. Ia berdoa agar tidak ada berita yang buruk.

“Oke, Kang! Nanti kita bertemu di sana.” Irman menutup telpon.

“Ada apa?”

“Kang Ranu mau pergi ke Rumah Aki.”

“Loh, kenapa dia ke sana? Aki udah pulang?”

“Bukan. Dia enggak kasih tau, katanya ada perlu. Jadi Kang Ranu suruh kita langsung ke rumah sakit aja.”

Intan masih bertanya-tanya kenapa di saat-saat seperti ini Ranu malah ke rumah Aki. Tapi masa bodo dengan itu, yang penting Ia harus segera ke rumah saki, pikirnya.

Putri membangunkan Adinda yang masih terlelap itu. Mereka sudah sampai di rumah sakit. Adinda yang masih belum sadar sepenuhnya, langsung berjalan memasuk gedung rumah sakit dan langsung menuju ruangan tempat Ayahnya dirawat.

Dari kejauhan Adinda melihat Pamannya dan Ivan yang sedang menunggu di depan ruangan. Adinda langsung masuk ke ruangan itu dan langsung menangis sambil memegang tangan Ayahnya.

Aki terbangun dan tersenyum melihat putrinya telah pulang. “Sudah jangan menangis, ya. Ayah baik-baik saja. Sudah, ya.”

“Harusnya aku enggak pergi,” ucap Adinda dengan terisak-isak. “Maafin Adinda.” Tangis Adinda semakin menjadi-jadi.

Aki mengusap lembut rambut Adinda sambil terus menenangkannya dan berkata semua akan baik-baik saja.

*****

Ranu sampai di rumah Aki. Di sana, dia bertemu dengan anak buah Aki bernama Mang Ipul. Ranu menjelaskan kedantangannya kemari dan dia sudah diijinkan untuk masuk kamarnya Aki.

“Terima kasih, Mang,” ucap Ranu.

“Iya, sama-sama. Mamang pergi ke kebun dulu, ya. Kalau sudah, tolong panggil Mamang supaya kamar ini dikunci lagi.”

“Siap, Mang.”

Ranu masuk kamar itu. Pandangannya tertuju pada beberapa bingkai foto yang terletak di atas laci. Terlihat Adinda kecil yang sedang berpose memegang ikan. Ranu juga menemukan foto Ayahnya dan Aki yang terlihat begitu bahagia sekali dengan senyum lebar dan durian di masing-masing tangan mereka. Dan untuk pertamakalinya, Ranu melihat potret Ibunya Adinda. Sekarang Ranu tahu darimana asal mata dan hidung Adinda itu.

Lihat selengkapnya