Sampai difase aku mulai memasuki masa remaja, tidak ada yang istimewa memang, layaknya remaja lain aku mulai tumbuh besar, mulai menemukan kesenangan yang baru, mulai tertarik pada sesuatu yang baru yang belum pernah kuketahui, teman ku bertambah banyak, ada yang baik, ada juga yang menambah kenakalanku, aku dikenalkan pada rokok oleh dede, diajarkan bagaimana menghisapnya dengan baik, dipertemukan dengan sepak bola oleh Ari, diajarkan bagaimana memainkan olahraga ini dengan cara yang benar, dikenalkan pada playstasion oleh ipul dan diajarkan bagaimana cara menang disetiap permainanya, dan mulai tertarik pada lawan jenis, entah dari mana asal muasalnya tapi sikap wanita memang terlihat mempesona bila diperhatikan, namun tetap saja aku malu jika ada perempuan menatap, yang aku lakukan hanya pura-pura tak melihat hehehe.
Rokok disaat itu juga mulai menjadi bagian dari keseharian, menurutku benda apa ini, mereka menghisapnya dan menikmati setiap hembusan asap yang keluar dari mulut mereka, ini hal baru bagiku, dan menurutku terlihat keren sekali rasanya ketika aku memegang sebuah cerutu, aku mulai mencobanya membakar ujungnya dengan korek aku hisap dalam-dalam awalnya tidak begitu mengenakan, batuk-batuk tidak biasa, hahahaha teman-teman malah menertawakan, "ah norak lu" kata mereka, rasanya sakit ditenggorakan, kemudian aku mulai terbiasa hingga candu terhadap rokok menjadi hal yang tak bisa aku lepaskan. beberapa dari teman-temanku juga mulai mengenalkan aku pada alkohol, yaa mereka sering sekali berpesta minuman ini diakhir pekan saat sekolah libur tentunya, larut dalam rasa gembira yang bias hingga tertidur lelap sampai siang, hal-hal seperti ini cenderung dianggap biasa, bagi kami semua ini adalah kesenangan tidak ada yang peduli dengan kegiatan kami, orang-orang dewasa menganggapnya hal biasa, beberapa paling mengumpat sambil berkata, dasar anak muda tidak punya masa depan, tapi mereka lupa bahwa mereka tidak pernah menuntun kami atau pun menasehati kami tentang apa yang baik atau buruk, mereka hanya menghardik tanpa kami mengerti, keparat fikirku, ngasih makan tidak tapu sok-sok memarahi seakan semua sepenuhnya salah kami,