Sebelum hari itu dimulai kami mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, mengumpulkan botol-botol kaca, batu, menyiapkan berbagai senjata tajam semuanya kami kumpulkan dibelakang warung dekat sekolah, diwaktu yang bersamaan beberapa dari kami mengumpulkan dana hasil dari pemalakan ke teman-teman sekolah kami yang tidak ikut serta dalam perang ini, kami biasa menyebutnya pecundang, uang itu kami pakai untuk membeli senjata tajam alkohol dan sisanya kami simpan untuk keperluan berobat jika ada teman yang apes terluka. pagi itu teman-temanku telah berkumpul, dan perbincangan pun dimulai, djeko adalah salah satu pentolan atau jagoanya disekolah kami tubuhnya yang tinggi besar sudah begitu terkenal diberbagai sekolah, dia acapkali mencari masalah, kasus kemarin saat dia memukuli siswa dari sekolah lain belum kelar sekarang sudah ingin mencari masalah baru, ada khodel disana (dede) dia salah satu siswa paling gaul ditongkrongan kami perangainya yang khas dengan rambut kribo kadang membawa lelucon-lelucon yang menghasilkan gelak tawa, meskipun sedikit penakut kadang dia menjadi manusia yang nekat, ada juga kolot dia adalah siswa paling tua disekolah perihal pelajaran dia adalah yang paling terbelakang diantara kami namun fisiknya paling kuat meski tidak terlalu terlihat kolot juga disegani karna tampangnya yang cukup seram dan postur tubuhnya yang menjulang tinggi besar,
Dik gimana barang-barang udah beres belum. cetus djeko sambil memutar-mutar cerutu di jarinya.
Belum djek, masih kurang banyak. bocah yang ikut juga belum keliatan jumlahnya, ucap dika seraya berjalan menghampiri mereka.
Iya nihh, bisa kelar kita jadi ayam sayur. sahut khodel sambil membereskan botol-botol kaca yang sudah terkumpul.
llLu jangan ngomong gitu del, takut lu? balik lu sono minum susu. tegas kolot yang mabuk sambil memegang anggur merah ditangan.
Iyaa bang maaf, cetus khodel ketakutan, sambil mengusap kepalanya.
Lot, kolekin bocah hari ini yakk, gue ada urusan sama alumni, kita dibantu mereka. djeko yang sudah berdiri melihat ponselnya berdering.
Dika : alumni mau turun bang?
Iyaaa, lawan kali ini masih ada dendam masalu, mereka mau beresin, takut si bangsat-bangsat itu juga bawa alumni, jadi mereka bisa backup. kata djeko.
Khodel : pedee gue kalo gini, bang botak turun tangan. seraya tersenyum dan perasa aman.
Djeko : jangan bikin malu del, kita kasih tau ke alumni kalo reputasi kita masih diatass. sambil berjalan meninggalkan kami ber 4.
Kami pun mulai menghimpun kekuatan, teman-teman sekolah mulai dikabari perihal perang sabtu esok, teman-teman mulai berkumpul mempersiapkan rencana kelas 10,11dan 12 sudah mulai melaporkan berbagai persiapan tepatnya malam ini akan kami atur skema masing-masing siapa saja yang berada dibarisan depan dan siapa saja yang menjadi tim pendukung.
Sepulang sekolah kami bergegas tepat jam 5 sore, ada yang pulang terlebih dahulu ada yang langsung menunggu dibelakang warung, warung ini sudah seperti rumah singgah kami, mang arul begitu ramah, walau terkadang dia sering memarahi dan menasehati kami, barang-barang ini kami hindari dari beliau pastinya kami masukan ke karung dan kami taruh jauh dibelakang semak-semak, rapihin yang bener del, djeko berbisik pada khodel, khodel menganggukan kepala seraya mengerti apa yang dibicarakan, kalo ketahuan mang arul bisa abis kita, botol anggur kemaren aja belum kelar mang arul bahas, ketus kolot seraya melihat kanan kiri, takut mang arul keluar,