BUKU CATATAN DIKA

ahong saipurna
Chapter #7

DAN TERJADILAH

Bel yang menandakan pulang sekolahpun berbunyi, hari sabtu kita memang pulang lebih cepat sebelum ashar sekolah sudah bubar, puluhan orang dari kami sudah berkumpul dipinggiran jalan raya kita semua telah bersiap menuju tempat yang telah disepakati, masih dengan baju sekolah kebanggan aku lihat wajah djeko telah dipenuhi rasa dendam sedari tadi dia berdiam diri hanya menghisap rokok yang ada ditanganya celurit pun sudah tersimpan rapih didalam tasnya, begitu juga dengan khodel dan bebek mereka bersama teman-teman yang lain membajak mobil fuso yang lewat untuk mempersilahkan teman-teman untuk naik, kolot yang masih duduk dipinggiran jalan terlihat sedang menggulung gear motor ditanganya dimasukanya kedalam tas slempang dan lanjut melompat ke fuso yang telah berhenti, mobil bak terbuka yang cukup besar ini terasa sempit, bebek yang duduk dikepala mobil langsung membentangkan bendera kebanggaan merah putih unggu tertulis sma 08 bhakti pertiwi, saat itu rasa takut menghampiriku semakin kuat, semakin ada rasa aneh, aku mulai ragu, namun berbagai teriakan teman-teman membulatkan tekadku dalam-dalam, ayah,ibu maafkan aku, ini yang terakhir ucapku dalam hati, tak berselang lama terlihat beberapa rombongan alumni yang kembali membajak mobil dibelakang kami seraya memberi support dengan berbagai macam kata, total dua fuso mengangkut rombongan kami menuju ke medan perang.

Sampai pada tempat yang telah ditetapkan rombongan kami pun turun melompat dari mobil yang menjadi tumpangan teman-teman telah bersiap ada yang berpencar kesisi yang lain guna mengecoh musuh smk 174, terlihat dari jauh rombongan murid smk 174 keluar dari gang didepan sana, suara teriakan teman-temanku mulai terdengar, abisin-abisin, bantai, maju lo sini pecun, semangat itu meledak-ledak kedua kubu pun berlari saling mendekat, batu berterbangan lemparan dibalas lemparan, apa saja kami lakukan, waktu terasa cepat semakin cepat entah yang keberapa aku menghindari lemparan tersebut aku lihat kolot dan djeko berada dibarisan paling depan, musuh yang sudah menjadi target pun telah terlihat kemudian terasa ada yang menghujam kepalaku, berat sekali rasanya, aku tersungkur ketanah, aku melihat darah mulai menetes dari kepalaku teman-teman berteriak dan menghampiri, aku tak tahu apa yang mereka katakan, dunia semakin gelap.

Lihat selengkapnya