Malam merangkak menuju pagi. Sinar mentari menggantikan temaram sinar bulan malam tadi. Rachel terbangun dari posisi tengkurap tidak nyaman di atas meja kerja papanya. Subuh hari tadi dirinya kembali membuka berkas tentang Alexander Duncan dan mencari tahu apa yang menyebabkan Alexander Duncan bisa menghindari tembakan pelurunya. Rencana yang sudah disusun sejak lama, gagal total. Buyar berantakan karena satu informasi yang terlewat dibaca olehnya.
Rachel merenggangkan tubuhnya yang kaku. Dibuka-bukanya lagi informasi yang dia dapatkan tentang Alexander Duncan. Ditambahkannya informasi baru di catatan file tentang Alexander. Insting tajam dan gerakan cepatnya tidak memudar, meskipun kaki kanannya bisa dibilang tidak bisa menyangga tubuhnya dengan tegap. Rachel berdiri dari kursi di belakang meja kerja. Dia berjalan menghampiri papan whiteboard yang sudah diubah menjadi jaring laba-laba informasi dari kerajaan bisnis Alexander Duncan. Semuanya berpusat pada satu tempat yang Rachel yakini adalah kantor pusat kerajaan bisnisnya, yaitu klub Star yang kemarin malam disambangi olehnya.
Rachel melihat papan yang ada di depannya dan berpikir dengan keras. Informasi yang di dapatkan tentang Alexander Duncan memang tidak berasal dari kalangan militer atau kepolisian. Semua yang dia dapatkan ini adalah dari menggali informasi banyak pihak tetapi tidak semuanya mencakup tentang hal-hal mendasar seperti tentang kemampuan bertahan hidup yang dimiliki oleh Alexander Duncan. Semua hal ini memang membantu, tetapi akan sangat fatal baginya apabila ada kesalahan lagi saat Rachel mencoba untuk mendekati Alexander lagi.
Pelatihan yang didapatkan Rachel dari pamannya sejak kecil memang sangat membantunya. Akan tetapi, Rachel tetaplah bukan anggota militer ataupun penegak hukum. Semua yang Rachel pelajari itu kemampuan untuk bertahan dan menyerang saat ada bahaya untuk dirinya sendiri. Rachel tahu, pamannya adalah seorang agen khusus yang gugur dalam tugas. Semua hal yang Rachel pelajari dan semua alat-alat yang Rachel gunakan adalah peninggalan pamannya. Gudang rahasia pamannya hanya dia yang tahu tempat dan password pintunya.
"Rachel... Rachel..." rintih sebuah suara yang terdengar lemah dari kamar tidur mamanya.
Secepat kilat Rachel berlari mendapati mamanya berusaha bangun dan sepertinya ingin menggapai air minum yang Rachel letakkan di nakas sebelah tempat tidur mamanya.
"Mama, biar Rachel ambilkan minum yang baru. Mama diam saja ya," kata Rachel bergegas menghampiri mamanya yang masih terbatuk-batuk karena berusaha untuk bangun.
"Aku ingin minum, tolong ambilkan aku air hangat," pinta mama Rachel dengan suara lemah.
"Baik, Ma. Mama tenang saja, Rachel ambilkan air dan bubur ya buat minum obat," tenang Rachel kepada mamanya yang sudah kembali berbaring.
Setelah memastikan selimut rapat ke tubuh mamanya, Rachel bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan dan minum mamanya. Disiapkannya juga obat yang harus diminum oleh mamanya di pagi hari. Perlahan diangkatnya baki berisi makanan, minum dan obat mamanya dan bergegas ke kamar tidur. Di pintu kamar Rachel tertegun, terkejut karena mamanya jatuh ke lantai.
Praang...