Take You Home

Arindra
Chapter #5

Bertemu Rachel

Siang hari itu, Rachel sudah sampai di rumah yang ditinggalinya dengan sang mama. Banyak hal dan ruangan yang harus dibersihkan sesampainya Rachel tiba di rumah. Tiga hari kemarin, rumah tidak terurus dan semua kejadiannya bagaikan mimpi buruk yang terus membayangi hidup Rachel. Dengan badan yang remuk redam dan pikiran yang tidak karuan, Rachel memaksakan diri untuk membersihkan rumahnya. Setidaknya agar dia memiliki kegiatan untuk mengalihkan pikirannya dan berharap dengan badannya yang kelelahan, malam hari nanti Rachel bisa tidur dengan nyenyak.

Hampir semua ruangan di rumahnya sudah Rachel bersihkan, kamar tidur mamanya adalah ruangan pertama yang Rachel sentuh. Gorden-gorden kamar mamanya Rachel turunkan dan diganti semuanya. Begitu pula dengan bedcover, sarung bantal dan selimut mamanya. Dibuangnya kosmetik-kosmetik lama di meja rias mamanya yang pastinya sudah lewat lama masa kadaluarsanya, lantai dan jendela tak luput dari pembersihan tangan Rachel. Setelah kamar mamanya rapi, ruang keluarga dan dapur menjadi sasaran Rachel selanjutnya. Sengaja Rachel tidak membuka ruang kerja papanya dan belum membersihkan garasi yang merangkap sebagai loker tempat persembunyian barang-barang pribadinya. 

Tanpa terasa malam datang lebih cepat daripada yang di bayangkan oleh Rachel. Matahari yang hampir sepenuhnya terbenam membuat suasana rumah menjadi gelap. Rachel menghembuskan napas dengan lega karena konsentrasi membersihkan rumah dan berhasil mengalihkan pikirannya. Dengan bergegas dihidupkannya lampu-lampu luar rumah untuk penerangan. Saat melewati pintu belakang, tanpa sengaja Rachel melihat seseorang yang tingkah lakunya aneh. Seseorang yang musim panas seperti ini mengenakan kaos lengan panjang turtleneck yang tinggi, ditelinganya terdapat earphone yang terus-terusan di pegang oleh jari-jarinya. Secara reflek, Rachel tahu, pria itu bukanlah pejalan kaki biasa. Karena berpenampilan dan tingkah laku yang mencurigakan. Karena keingintahuan Rachel yang tinggi, dibukanya pintu belakang rumahnya untuk menghampiri orang tersebut. Namun, seakan pria itu sadar Rachel mendekatinya, secepat itu pulalah pria tersebut pergi dan menghilang di jalanan.

Astaga, aku terlalu waspada dengan pria tadi, gumam Rachel kepada dirinya sendiri. 

Tanpa memikirkan lebih jauh tentang pria aneh tadi, Rachel kembali ke dalam rumah dan bersiap untuk makan malam. Perut yang sejak tadi tidak diperhatikannya, sekarang mulai memprotes. Segera saja diraihnya telepon rumah untuk memesan Chinese food di kedai tak jauh dari rumahnya. Sembari menunggu pesanannya matang dan diantarkan, Rachel bergegas mandi untuk menyegarkan dan membersihkan dirinya sendiri. Tubuh Rachel yang tadi lelah dan kaku, akhirnya bisa rileks kembali setelah terkena kucuran air hangat yang membasuh seluruh tubuhnya.

Selesai mandi dan membalut tubuhnya memakai jubah mandi serta membungkus rambutnya dengan handuk kecil, Rachel menghempaskan dirinya di sofa kamar tamu. Ponsel yang tadi sedang diisi daya sudah berada di tangan Rachel. Berniat untuk mengetahui kondisi mamanya, Rachel menelpon perawat yang bertugas menjaga mamanya di rumah sakit.

"Selamat malam, Suster. Saya Rachel Lear, maaf menelpon suster malam ini. Bagaimana kondisi mama saya, Sus?" tanya Rachel setelah panggilan teleponnya tersambung.

"Sama saja seperti saat kamu tinggal tadi, Nak Rachel. Kondisi Nyonya Leah cenderung stabil. Tanda-tanda vitalnya juga stabil, tapi beliau belum juga sadar," jawab perawat tersebut secara rinci. 

"Baiklah, Sus. Terima kasih. Saya sangat berharap diberitahu kondisi mama apabila ada perubahan. Sekecil apapun perubahan itu," pinta Rachel kepada perawat tersebut dengan penuh harap.

"Baik, Nak. Kami di sini juga akan memperhatikan perkembangan Nyonya Leah. Tenang saja, kami akan langsung menghubungi Nak Rachel apabila ada sesuatu yang terjadi," ucap perawat tersebut menenangkan kekhawatiran Rachel.

"Terima kasih, Sus. Selamat malam." Rachel menutup panggilan teleponnya setelah mengetahui kondisi mamanya malam ini yang belum ada perubahan sama sekali.

Rachel menyandarkan kepalanya ke punggung sofa. Ditutupnya mata dengan tangan kanan. Dihembuskannya napas berkali-kali untuk mengurasi sesak di dadanya. Tanpa sadar handuk yang ada di kepala Rachel, terlepas dan terjatuh di bawah punggung sofa. Rambut panjang Rachel yang masih lembab terurai dengan bebas.

Lihat selengkapnya