Pagi hari itu Rachel melangkah dengan tergesa-gesa menuju kantor tempatnya bekerja. Bangunan yang tidak bisa dibilang baru yang berada di tengah-tengah gedung lama dan mentereng itu menjadi pusat tujuan langkahnya. Bahkan, jika dilihat sekilas saja, sudah ketahuan itu adalah bangunan lama yang tidak pernah dipugar puluhan tahun. Cat temboknya yang sudah kusam dan sudah banyak yang mengelontok serta banyaknya lumut yang tumbuh di sela-sela pinggiran bangunannya semakin menambah kesan bahwa bangunan tersebut adalah bangunan terbengkalai.
Rachel sudah lama tidak terganggu dengan penampilan dan penampakan depan gedung kantornya. Langkah kakinya diarahkan menuju pinggir gedung tersebut dan masuk melalui pintu samping yang menjadi akses masuk dan keluar karyawan di gedung ini. Meskipun kelihatan di luarnya kusam dan tidak menarik perhatian, suasana di dalam gedungnya berbanding terbalik dengan suasana di dalam gedungnya. Begitu melewati pintu, langsung terlihat anak tangga menuju ke lantai atas yang dilapisi oleh kayu mahagoni dan dipernis dengan warna coklat gelap. Di sisi tembok anak tangga tersebut menempel meja resepsionis yang menghadap langsung ke pintu pelanggan yang berada di bagian depan gedung. Di meja tingginya tersusun rapi berbagai brosur dan kartu nama dua kantor yang ada di gedung ini. Terlihat seorang wanita paruh baya yang berdandan dengan penuh wibawa duduk di belakang meja tersebut. Di pinggir depan meja resepsionisnya, terdapat sofa yang diperuntukkan menunggu tamu atau klien yang akan berkonsultasi.
Dengan langkah ringan dan cepatnya, Rachel menuju ke arah wanita paruh baya tersebut dan menyapa, "Selamat pagi, Barbara. Kau terlihat luar biasa pagi ini."
Barbara menengok dan tersenyum menyambut kedatangan Rachel, "Kau yang terlihat mengagumkan, Dear. Bagaimana kondisi mamamu? Kemarin aku tahu dari Bosmu, kalau mamamu di rumah sakit."
"Yah, kondisi mama masih seperti kemarin. Kau tahu Barbara, kemarin mama benar-benar membuatku ketakutan setengah mati. Aku tahu mama tidak punya keinginan untuk hidup, tapi aku tak tahan jika melihatnya kesakitan," ujar Rachel sendu.
"Oh Dear, hatimu lembut sekali," ucap Barbara berdiri dan memeluk Rachel dengan pelukan hangat. Lanjutnya lagi, "Kau pasti bisa melaluinya, karena kau adalah anak yang kuat."
Sambil menghela napas panjang dan dalam, Rachel membalas pelukan wanita tadi. "Terima kasih, Barbara. Kondisi mama masih seperti kemarin. Berat sekali rasanya melihatnya berbaring tanpa sadar seperti itu," ujar Rachel.
Sejenak dirasakannya kehangatan dan perhatian dari orang yang perhatian kepadanya sampai Barbara melepaskan pelukannya dan berkata dengan tegas, "Kau dan Bosmu dapat klien baru. Wanita itu kemarin datang saat kau tidak masuk. Dan hari ini sepertinya Bosmu tidak akan masuk kantor seperti biasanya setelah kalian menerima klien baru."