Rachel melangkahkan kakinya memasuki kafe Morning Star yang tadi pagi menjadi tempatnya sembunyi dari kejaran pria yang sedang menguntitnya. Diedarkan pandangannya ke dalam kafe tersebut untuk mencari dr. Steve. Karena di kafe tersebut tidak banyak orang disana, jadi Rachel yakin bahwa dialah yang pertama datang ke tempat itu diantara mereka berdua.
"Selamat pagi, selamat datang. Apakah Anda mau memesan meja atau take away?" sambut seorang pria muda berseragam pramusaji kafe Morning Star.
"Saya akan memesan meja. Tolong meja untuk dua orang dan tolong carikan di tempat yang tidak banyak orang yang bisa mengganggu percakapan kami," pinta Rachel kepada pramusaji tersebut.
"Tentu, Nona. Silakan ikuti saya," jawab pemuda itu dengan sopan. Dipandunya Rachel menuju meja di pojok ruangan yang di sisi-sisinya dibatasi oleh dekorasi pot tumbuhan artificial dan membuat meja itu lebih memiliki privasi.
Rachel menyelinap di antara kursi dan meja yang menghadap ke pintu masuk kafe. Pelajaran yang tidak akan dilupakan oleh Rachel dari pamannya, Paman Ben, bahwa apabila ditempat umum, selalu jaga kewaspadaan, duduk menghadap pintu masuk dan mencari jalan keluar apabila terdesak. Rachel tersenyum, pelajaran-pelajaran dari pamannya sudah melekat kuat dalam benaknya.
"Mau pesan apa, Nona?" tanya pramusaji tersebut dengan ramah siap mencatat pesanan Rachel.
Mendengar pertanyaan pemuda tadi, Rachel sadar bahwa dia belum makan apapun sejak pagi, maka dipesannya menu sarapan dan kopi untuknya, "Scramble egg satu, roti bawang panggang satu porsi dan cappucino satu," jawab Rachel cepat.
"Mau dibawakan selai atau madu untuk pendamping butter di rotinya?" tanya pramusaji itu lebih lanjut.
"Tolong bawakan madu saja, terima kasih," ucap Rachel mengakhiri pesanannya.
Menunggu pesanannya datang, Rachel membuka-buka ponselnya dan mencari informasi tentang kecelakaan pesawat yang menewaskan kakaknya. Berharap bisa menemukan data baru yang mungkin terlewat olehnya. Rachel membaca manifest pesawat yang kecelakaan tragis tersebut. Dengan jelas nama Natasha Lear tertulis di dalamnya. Dan tidak diketemukan nama Romanov diantara nama-nama manifest yang dirilis oleh berita tersebut.
Klinting....
Denting bel di atas pintu depan kafe tersebut terbuka dan masuklah orang yang ditunggunya. Dilihatnya dr. Steve berbicara dengan pemuda yang juga melayaninya tadi, kemudian kedua orang itu menoleh ke arahnya dan mereka menganggukkan kepala. Dr. Steve bergegas berjalan menghampiri Rachel dan tanpa waspada duduk di depan Rachel dan membelakangi pintu masuk kafe. Hal tersebut membuat sudut bibir Rachel terangkat. Melihat senyuman Rachel itu, dr. Steve menaikkan alisnya dan bertanya, "Apa ada yang lucu?"