Alexander Duncan masih berada di kantornya saat dr. Steve menerobos masuk setelah menemui Rachel. Melihat Alexander berada di sofa dan meletakkan kakinya di sana, dr. Steve mendekat, menghempaskan diri di samping Alexander. Di raihnya gelas dan botol brendi yang tersedia di atas meja. Dituangnya minuman keras itu ke gelas kristal yang dipegangnya. Dengan tanpa ragu, diteguknya minuman itu dengan rakus.
"Bagaimana hasil pertemuanmu? Apa dia sama seperti yang aku pikirkan?" tanya Alexander setelah sahabatnya itu meneguk minumannya.
"Kau memikirkan tentang apa? Apa otakmu yang besar itu sudah memprediksi jauh sebelum aku sendiri tahu?" jawab dr. Steve kembali melontarkan pertanyaan kepada Alexander yang dilihatnya sedang menyeringai senang.
"Tentu saja. Aku adalah orang yang terbiasa memikirkan segala kemungkinan yang ada dalam suatu kasus. Variabel yang sekarang memang kompleks. Tapi setelah kau bertemu dengannya, jadi lebih sederhana. Hanya sedikit yang harus dibereskan untuk akhir yang bahagia," kata Alexander dengan tenang yang membuat kening dr. Steve berkerut heran.
"Ya, terselahlah apa maksudmu dan rencana-rencana luar biasamu itu," ujar dr. Steve menenggak minumannya kembali.
"Jangan minum terlalu banyak! Aku masih harus konsultasi dan persiapan operasi di rumah sakit di kota ini. Kau yang harus memantau jalannya operasi dan berbagai macam persiapannya," ucap Alexander dengan dingin.
"Please, Bro. Give me one minute untuk meratapi nasibku!" sergah dr. Steve sembari menyenderkan punggungnya ke sofa, menengadahkan kepalanya serta merentangkan tangannya di susuran senderan sofa.
"Kalau begitu, katakan dengan jelas apa dan siapa yang kau temui barusan ini. Siapa dia? Bagaimana penampilannya? Katakan semuanya kepadaku!" perintah Alexander melihat temannya tidak segera beranjak dari sofa.
Alexander bangkit dan berjalan ke meja kerjanya. Dia duduk di kursi yang ada di belakang meja dan mengeluarkan sebuah jurnal tebal dan jurnalnya sendiri. Kemudian katanya lebih lanjut, "Katakan dengan sedetail-detailnya tentang pertemuan kalian itu." Diambilnya pena di laci meja dan dibuka jurnalnya sendiri.