Malam ini sesuai permintaan Adel, Octa akan menemani teman lamanya itu berbelanja di mall yang berada tak jauh dari kantornya. Tadi niatnya Octa akan pulang dulu ke rumah, tapi ternyata tumpukan laporan yang ada di mejanya terus saja memanggilnya, dan dia pun memutuskan untuk pulang lebih lama dari biasanya. Adel pun yang tadinya sudah tiba di rumah Octa harus memutar balik ke kantor Octa.
"Bagusan merah atau hitam?"
"Hitam."
"Kalau yang ini, bagusan yang mana?"
"Hitam."
"Sepatunya bagusan biru atau yang mana?"
"Hitam."
"Ih bisa ga si lo ngasi warna lain selain hitam? Warna kesukaan lo itu suram banget, kayak hidup lo,"
"Kalau gitu ga usah suruh gue milih lah, dah gua mau beli susu."
Adel mendengus sebal melihat Octa yang menjauh darinya dan lebih memilih mencari susu kotak rasa cokelat. Adel memang tahu kalau Octa sangat cinta pada warna yang Adel anggap suram, hitam. Semua pakaian dan barang-barang milik Octa sebagian besar warna hitam, dan sebagian kecil berwarna gelap yang tak segelap hitam, abu-abu dan cokelat misalnya. Bahkan satu-satunya pintu yang berwarna hitam di rumah Octa adalah kamarnya. Memang suram hidup Octa itu.
Drrt drrt
Adel merogoh tas kecilnya saat dirasa ponselnya bergetar.
"Octa? Kenapa? Lo ga mungkin nyasar kan? Secara kita udah sering loh jalan di mall ini, makanya gausah sok-sok ninggalin gue, sekarang nyasar kan, cari aja.."
"Sst bisa diem ga sih mulut lo? Gue cuma mau bilang, kalo udah ngerasa pegel, gue di cafe biasa."
Tut tut.
Adel berdecak sebal lalu memutuskan untuk melanjutkan acara belanjanya.
---
"Udah pegel?"
Adel hanya menyengir mendengar lontaran pertanyaan Octa. Tanpa merasa bersalah, Adel lantas menyeruput habis susu cokelat milik Octa.
"Heh! Susu gue! Maen minum aja, ga ikhlas ya gue," omel Octa saat melihat Adel dengan santainya menghabiskan segelas susu yang sudah dipesannya sejam yang lalu.
"Gue ganti elah, santai aja kenapa."
Sesuai ucapannya, Adel memanggil pelayan dan memesan susu cokelat serta makanan yang akan menjadi santapan makan malam mereka hari ini.
"Btw, gimana kerjaan lu? Gue liat kayanya lo cape banget,"
"Emang!" jawab Octa sambil menyodorkan garpu di depan wajah Adel.
"Tolong jauhin garpunya, serem bu,"
Octa terkekeh lalu kembali melanjutkan menyuap makanannya.
"Emang sesibuk itu ya?" tanya Adel di sela-sela makannya.