Arenara
Aku tengah memandangi hasil lukisanku. Sepertinya ini sudah cukup, aku membereskan kuas dan cat. Lalu aku meninggalkan lukisanku itu, dan bergegas untuk membuat sajen hari ini.
Saat aku sedang membakar dupa. Kulihat sesosok makhluk aneh itu datang. Dia adalah sesosok hantu yang wajahnya tak bisa aku lihat dengan jelas. Dia memang sering muncul didepanku atau disekelilingku, tapi rambut panjangnya menutupi wajahnya yang buram.
Entahlah, yang jelas makhluk itu memakai kain merah yang menjuntai. Dia memang tak pernah mengganggu. Tetapi mengapa aku merasa selalu diawasi olehnya?
Aku mencoba mengabaikan makhluk itu lalu terdengar suara bel berbunyi. Aku mengintip lubang pintu untuk melihat siapa yang datang.
Ternyata ibu yang datang. Kulihat ibu mengenakan baju serba hitam dan kacamata hitam. Lalu aku membuka knop pintu, dan kulihat ibu tersenyum sambil berkata pelan, "Sudah buat sajennya?"
Aku mengangguk, lalu ibu mencium keningku dan bergegas masuk kedalam rumah. Aku menghela napasku lalu menutup pintu dan menguncinya.
Dan mengikuti ibu keruang bawah tanah.
**********
Aku menatap langit langit kanarku sambil berdecak pelan. Bagaimana tugas seni besok? Tadinya aku berencana untuk tidak masuk sekolah. Tapi besok juga ada pertandingan basket, jika aku tak masuk sekolah, pasti aku juga tidak akan ikut tanding.
Tadinya aku juga berencana untuk membeli lukisan hasil karya orang lain, tapi mengingat garangnya guru seni aku tak berani senekat itu.
Argh.
Aku meninju dinding kamarku lalu meringis. Andai aku mendengarkan gadis aneh itu kemarin, mungkin lukisan karya kelompok kami sudah selesai. Rasanya ingin aku berlari menuju rumah gadis itu lalu berteriak minta tolong dengannya.