Arenara
Sekarang aku tengah sibuk membaca buku sejarah yang cukup tebal ini. Lalu aku merasa ada yang menepuk bahuku pelan. Aku menoleh, lalu menghela napas kesal setelah melihat siapa yang menepuk bahuku.
Dia lagi? Orang yang kematiannya hampir sama denganku? Astaga apalagi sih maunya?!
Aku bahkan tak ingat siapa namanya. Apa perlu kusebut dia sebagai 'lelaki botol murahan?'
Kukira ia akan mencari masalah denganku, tapi dugaanku salah besar! Lelaki dihadapanku ini justru memberiku sebuah tiket pameran lukisan!
Bagaimana aku bisa menolaknya? aku memandangi tiket itu dengan mata berbinar sehingga membiarkan lelaki yang sedang berbicara panjang lebar dihadapanku.
Aku tak menghiraukan ucapannya, aku hanya fokus terhadap tiket itu. Sepertinya lelaki ini kesal padaku karena aku mengabaikannya. Aku tidak peduli padanya, perhatianku hanya ada pada tiket pameran yang ia berikan.
Jujur aku akan sangat senang jika bisa melihat banyak lukisan indah dipajang, apalagi yang melukisnya adalah pelukis ternama. Jadi aku sangat bersemangat untuk kepameran lukisan itu.
Aku akan datang ke pameran ini nanti sore, dan aku tidak akan datang terlambat kepameran yang spektakuler ini.
Setelah cukup lama memandangi tiket itu, lalu menyadari sesuatu, Mengapa mejaku penuh dengan darah berwarna merah kehitaman?
Aku mendongakkan kepalaku, dan hal pertama yang kulihat adalah kepala yang melayang tanpa tubuh. Kepala itu sedang tersenyum lebar, dan terlihatlah bibirnya yang sobek hingga pipinya dan pisau daging yang masih menempel di lehernya. Sehingga darahnya terus mengalir tanpa henti.
Hal yang aku lakukan hanyalah tersenyum melihat kepala makhluk itu, lalu kembali fokus pada buku sejarahku.
**********
Samudra
"Aku tak tau bagaimana cara berterima kasih padamu..Ini aku memiliki tiket pameran lukisan, semoga kau suka."
Aku menyodorkan tiket pameran lukisan kepada Arenara, aku sangat merasa bersalah karena tidak membantunya membuat lukisan yang cukup besar itu.
"Ayahku yang memberikannya padaku. Aku bingung harus pergi dengan siapa, lagipula sepertinya kau sangat menyukai seni, jadi kuputuskan untuk memberikannya padamu."
Dari apa yang kulihat gadis ini menatap tiket itu dengan mata berbinar, sepertinya ia sangat bersemangat sekali. "apa kau menyukainya?" tanyaku padanya.
Hening.