Samudra
Aku membiarkan air mata gadis itu membasahi bajuku. Aku terus memeluknya erat tanpa memedulikan kelas yang ramai dan mengabadikan foto kami berdua.
Setelah cukup lama kami berpelukan, Arenara mendorongku pelan dan berlari meninggalkanku. Belum sempat ia keluar dari kelas tubuhnya ambruk. Arenara pingsan! Aku berlari lalu menggendong tubuh mungilnya, kemudian membawanya ke unit kesehatan.
Sekarang aku tengah menatap wajah Arenara dengan mata yang tertutup rapat. Melihat Arenara seperti ini membuatku sedikit tenang karena melihat wajah cantiknya.
Satu hal yang aku sadari sekarang, aku menyukai gadis ini.
Ehm.
Biar kuperjelas. Aku menyukai Arenara seorang gadis yang aneh dan keras kepala.
**********
Arenara
Aku menyipitkan mataku menatap langit langit kamar yang berwarna putih. Aku mengamati sekelilingku, tempat ini sangat asing bagiku.
Ini dimana? Hal terakhir yang aku ingat adalah pandanganku yang semakin gelap dan aku merasakan tubuhku terjatuh kelantai.
Aku terkejut ketika melihat lelaki botol murahan tidur dikursi kecil sambil menidurkan kepalanya disampingku.
Aku menggerakkan kakiku agar lelaki ini terbangun. Benar saja, ia langsung terbangun dan membelalakkan matanya ketika melihatku. "Kau sudah sadar?"
aku memutar bola mataku malas lalu berkata, "ini dimana?"
"ini kamarku. Kau tau? Kau pingsang seharian dan membuatku panik." ujar lelaki botol murahan.
"lalu mengapa kau tidur disitu?"
Tanyaku sambil menatapnya dengan bingung.
"Ranjang ini memang dirancang untuk satu orang. Jika memang tubuhmu itu tidak memakan tempat aku pasti akan tidur disebelahmu," ujarnya kemudian lelaki ini lalu menyodorkan segelas air minum padaku.
"minumlah aku yakin kau haus setelah pingsan seharian"
Aku merebut gelas tersebut lalu menegaknya dengan cepat.
"pelan-pelan," ujar lelaki botol murahan lalu mengambil gelas yang sudah kosong dari tanganku.
"apa kau lapar?" Ujarnya sambil menatap mataku lekat. "Aku akan panaskan bubur, tunggulah." tambahnya lagi.
Aku menahan tangannya dan berkata pelan, "pulang"
"Apa?"
"Aku mau pulang," aku menatapnya tajam.
"Tapi ini sudah pukul satu dini hari, besok pagi saja ya," jelasnya.
"Aku. Mau. Pulang. Sekarang." ujarku dengan penuh penekanan. "Lebih baik aku pulang sendiri." Aku bangkit dari ranjang berniat untuk keluar dari kamar lelaki botol murahan.
Dengan sigap lelaki ini menahanku kemudian menghela napasnya pelan, "baiklah kuantar kau pulang."
**********
Samudra
Aku menghela napas pelan kemudian mengiyakan kemauannya.
Arenara tersenyum kemudian dia menarik tanganku dengan kuat. Kenapa dia keras kepala sekali?