TAKKUT

zainab najmia
Chapter #14

TAKKUT 13

Arenara

"Darimana saja kau?!" Bentak ibu padaku setelah menampar pipiku.

Pipiku memanas karena tamparan ibu. Aku mengusapnya pelan lalu berlari meninggalkan ibu diruang bawah tanah sendirian.

Aku menuju ruang seniku untuk menenangkan diri. Aku mengambil sebuah sketsa yang pernah kubuat waktu itu.

Lukisan dirinya yang selalu terbayang dibenakku membuatku semakin merindukan kehangatan darinya. Dia, seseorang yang mungkin sudah menjadi bagian penting dalam hidupku.

Aku terus melukis setiap inci dari wajahnya yang indah, Apakah aku menyukainya? Sangat!

Apakah aku terlalu bodoh?

Ataukah aku terlalu terlena?

Yang jelas ini semua salah dia!

Aku ingin menghapus dirinya dari hatiku yang paling dalam.

Aku ingin membenci senyumnya yang selalu berada didalam pikiranku!

Argh!

Samudra sialan!

**********

Samudra

Aku mengeringkan rambutku dengan handuk lalu merbahkan diriku ke ranjang.

Aku memandangi langit–langit kamar. Entah kenapa bayangan wanita tua itu terus mengikutiku.

Siapa dia sebenarnya? Dan apa tujuannya mengikutiku?

Aku melepas handuk yang menggantung indah dileherku kemudian menjemurnya.

Aku memang terbiasa hidup sendirian, ayahku kerja diluar negeri dan sangat sibuk. Sedangkan ibuku dia pergi entah kemana. Terkadang ia pulang untuk mengambil beberapa barangnya, lalu pergi kembali.

Aku benar–benar hidup sendiri dirumahku yang bisa dibilang luas.

Ya, sendirian. Aku selalu merasa kesepian. Aku butuh seseorang yang mengerti aku, bukan yang tertarik dengan pesonaku.

Aku butuh seseorang yang menyayangiku, bukan yang tergiur dengan hartaku.

Aku butuh orang mencintaiku, tapi mengapa? Mengapa gadis keras kepala itu yang mengisi hatiku?!

Gila! Semuanya gila!

Hidupku benar–benar gila, seperti tidak punya tujuan dan harapan.

Lebih tepatnya, hancur.

Arenara! Kau harus tanggung jawab atas hatiku yang sudah jatuh terlalu dalam...

**********

Arenara

Aku duduk dikelas sambil menggambar sketsa baru untuk lukisanku.

Kelas yang ramai dan berisik membuatku tak konsentrasi untuk membuat sketsa. Aku menutup buku sketsaku dan hanya menatap lurus kedepan.

Aku menoleh ketika menyadari beberapa pasang mata melirik kearahku.

"Anastasia? Yang benar saja?"

Lihat selengkapnya